Thursday, 10 April 2008

PESAN UNTUK BAWEAN

BAGAIMANA KITA MENGUKUR
SUKSESNYA SEBUAH NEGARA ATAU
TEMPAT UNTUK KITA KUMPULKAN MEREKA
DALAM NEGERI2 YANG SUDAH MAJU?

Oleh : H. Samri Barik, SH.
Ada beberapa ukuran, yang saya kira sebagai standard atau tolak ukur untuk perkara di atas. Dan bisa saja diukur sabagai satu ukuran global.





1.Tempat yang mendapat kesediaan air yang bersih yang selamat di minum yang disediakan oleh pemerintah
2. Aliran listrik 24 jam sehari untuk kegunaan umum, di rumah dan lingkungan
3. Jalan raya dan pengangkutan umum yang tertib dan teratur
4. Kedapatan barang makanan yang cukup dan tidak putus
5. Kedapatan sekolah/institusi pendidikan dasar dan tinggi yang didukung oleh pemerintah sebagai investasi infrastruktur masyarakat dalam pembangunan Negara
6. Kesiapan pelajaran yang banyak bagi menampung masyarakat yang berkembang
7. Keselamatan orang kecil yang terjamin
8. Kemudahan umum yang di lestarikan oleh pemerentah
9. Kehakiman yang tidak tergugat oleh dan tekanan dari mana2 pihak
10. Pemerintahan dari rakyat untuk rakyat dan bukan KKN.
11. Perlindungan kesehatan secara menyeluruh untuk rakyat.

Dalam tulisan di Media Bawean, saya akan menulis dalam 11 topik secara berkelanjutan. Mudah2an akan mendapat perhatian dari segala lapisan masyarakat Bawean dan juga ahli2 politik Bawean supaya mereka sama2 dapat di ajak berfikir mengenai sukses Pulau Bawean yang di idealkan oleh mereka.

Kalau dilihat dari ukuran di atas, saya tidak menyinggung politik atau golongan politik dalam ukuran kemajuan suksesnya sabuah negara yang di maksudkan.

Kalau kita ambil pulau Bawean sebagai ukuran, tentu ia tidak dapat memenuhi ukuran yang telah saya sebutkan. Tapi saya heran sekali orang Bawean menganggap sesuatu itu sukses pada diri mereka kalau mereka sudah mencapai sesuatu. Sedangkan dari tali ukur yang saya sebutkan diatas, ia masih terlalu jauh mundurnya dari mana2 negara yang pernah kita lihat dan kita ketahui. Sebenarnya persediaan air yang bersih dan dijamin kesehatannya untuk di minum seharusnya disediakan oleh pemerintah

Dimana2 negeri yang tamaddun dan membangun, pemerintah akan siap mengutamakan air sebagai prasana masyarakat mereka karena kalau ini tidak dapat di atasi sabagai prioritas Negara maka tahap kesehatan masyarakatnya tidak akan terjamin dari penyakit dan dari kenyamanan kehidupan. Kita lihat juga dimana2 tempat yang kaya raja2 dan pemerintah mereka, tapi air tidak diberikan keutamaan, masyarakatnya sangat terasa akan kemiskinan dalam lingkungan mereka. Tempat saperti Saudi aja tidak dapat menampong pengaliran yang baik dan cukup buat rakyatnya. Sedangkan negeri Yahudi yang kering kontang siap untuk menyiapkan air masuk kesetiap rumah warganya untuk mendapatkan air. Sama saperti di Singapore dan Malaysia, keutamaan ini sangatlah terserlah. Apakah kerana ini adalah wasiat dari rezim penjajah Inggeris yang mengutamakan masyarakatnya yang sehat atau kerana Indonensia di bawah penjajahan Belanda makan hal saperti ini berlaku sampai hari ini?

Di Bawean, orang Bawean mendapat air dari bumi, dan lilitan buloh dan pipa yang airnya mengalir dari “entah dari mana”. Kadangkali sumbernya melangkah tanahnya tetangga dan berjauhan sampai kilometer dari rumah mereka. Mereka siap menerima keadaan ini dari nenek moyang mereka, sampailah kapada generasi hari ini, sama ada dari golongan atas maupun bawah. “ Ini adalah nasib kami” begitulah keluhan mereka yang sudah lama di tempat. Ada yang masih minum air dari perigi yang digali turun temurun. Dan sabagai mensyukuri keadaan mereka merasa bangga mempunyai sumur ditepi rumah.

Bayangkan kalau ahli2 politik di Bawean dan juga kiyai2 saperti KH Hasyim Muzadi datang ka Bawean dan menghidupkan pemikiran kapada kepentingan umum saperti nya ‘air bersih” saya kira itu akan membawa perubahan yang sangat luar biasa. Ia juga akan dijadikan modal oleh ahli2 politik Bawean akan datang. Lihat ajalah. Datang dari tempat yang jauh hanya untuk “menceritakan kebusukan Negara dan juga musibah” yang berlaku saat ini bukanlah langkah yang baik yang dapat menaikan taraf kehidupan orang Bawean sacara merata. Mungkin aja ceramah seperti itu dapat mengangkat mental manusia Bawean dari kesedihan saat ini, tapi ia dengan sendiri tidak merubah atau memperbaiki keadaan yang samakin hari samakin darurat. Memetik bagian dari laporan Media Bawean pidato seperti ini cukup untuk menjadikan masyarakat Bawean akan menjadi sinis dan hangat. Sedangkan dia akan pulang selepas pidato, dan orang Bawean akan tenggelam dengan masalahnya yang lama. Mungkin aja beliau akan merasakan dirinya seperti orang pintar yang mengetahui segala, tapi pada pendapat saya, hanya memasungkan pemikiran orang ramai kapada sasuatu isu yang sebenarnya mereka sendiri tidak dapat mengatasinya kalau di bebankan kapada mereka sendiri.

Katanya ada sebab 3 hal. Apakah dia pasti 3 hal itu adalah perkara yang pasti, atau hanya agakan manusia.? Apakah kalau besok Allah tentu kan kiamat juga gara2 dari perbuatan manusia? Sedangkan jawapan nya tidak. Di Malaysia juga ada tanah runtuh tapi bukan akibat saperti itu. Juga ada kasus yang serupa sama dengan hal yang berlaku di Sidoarjo, tapi tidak karena salah pengeboran. Dan kemiskinan ada dimana2 termasuk di Singapura (negeri yang dikatakan makmur) tetapi tidak ada sampai manusia bunuh anaknya. Begitu ahli sebagai opportunis, menggunakan fakta lingkungan dan hal2 semasa untuk melariskan pidatonya.

Kadangkali saya rasakan orang pintar ada kewajipan sama2 membangunkan Negara dengan bergandeng bahu dengan pemerintah supaya kekurangan2 yang ada dapat di atasi.

Sejak dari tahun 1993 sampai sekarang saya masih belum dengar pemerintah atau kiyai2 di Bawean yang punya rencana projek untuk mengumpulkan air dan di salurkan kepedesaan di seluruh Pulau Bawean. Sedangkan kalau itu aja dilakukan sacara pribadi, itu adalah amaliah yang besar. Kerana dengan tiadanya air yang baik dan selamat, projek saperti parawisata akan hancur. Dengan tiadanya listrik dan pengangkutan umum yang baik, apapun yang di rencanakan oleh pemerintah akan lumpuh dan rusak, dan akhirnya akan bertaburan apabila di tempohi masa.

Saya sangat percaya pada doa, dan amalan saya setiap hari tidak terlepas dari doa yang baik sama ada sacara lisan atau didalam hati. Tetapi mengharapkan keselamatan pulau Bawean dengan omongan aja samalah saperti nya orang menyanyi di atas pentas. Ucapannya terang, sedap didengar, tetapi tidak punya arti sama sekali.

Apakah beliau akan lakukan setelah pulang? Atau setelah pulang, beliau akan lupa akan apa yang telah diucapkan di istighosah sepulau Bawean yang dihadiri 20,000 jiwa di pulau itu? Mari lah kita lihat dalam tempoh 365 hari dari sekarang kebenaran kata2 saya ini.

Marilah kita cari ahli politik Bawean yang benar2 ada wawasan untuk Bawean dalam tempoh tahun 2028. Mudah2an aja kita sudah dapat air bersih, dan satiap wanita dan ibu2 tidak lagi perlu pergi ka sungai dan sumur untuk mandi air dari aliran air tersebut. Sedangkan sumber air Bawean tidak pernah putus dari Telaga Kastoba. Coba kita fikirkan hal ini, semoga kita akan mendapat kelestarian kehidupan pertama di Bawean.

No comments:

Post a Comment