Bawean, 24 April 2008
Oleh : Mr. Gerbang Bawean
Ada istilah kacang lupa kulitnya, ini pepatah pas untuk diberikan kepada warga Bawean yang lupa dengan tanah kelahirannya.
Kita sering mendengar, sebagian warga menjual harta warisnya di Pulau Bawean. Dengan alasan sudah tidak betah tinggal Bawean, ingin menetap di daerah lain. Setelah assetnya terjual semua, mereka pulang ke daerah pilihanya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata hasil penjualan waris di Bawean dibuat rumah di negeri lain dengan megah dan bagus, setelah dapat beberapa bulan kita mendengar rumah bagus yang baru dibangun, ternyata disodok atau robohkan oleh kerajaan. Juga kita mendengar rumah bagus yang dibuat dari hasil jual warisan di Bawean, ternyata beberapa bulan yang lalu terbakar habis.
Dari adanya kisah tersebut, sebaiknya kita ambil hikmahnya agar tidak melupakan Pulau Bawean. Lupakan Bawean, Ingat tamoni di Bawean.
Kenapa Bawean dilupakan, alasanya Pulau Bawean sudah tidak prospek untuk ekonomi, jarak Bawean sulit dijangkau dan lain sebagainya. Sedangkan ditempat yang baru, sangat mendukung untuk menghidupi keluarga.
Tapi ternyata, setelah beberapa bulan datang kembali ke Bawean, mencari kekayaan orang tuanya yang ditinggalkan. Ironisnya, sampai aset kekayaan yang dijual oleh orang tuanya diambil kembali. Alasannya, penjualan tidak sah dll.
Sebaliknya, ada rasa kagum yang luar biasa bila ada orang luar Bawean. Lalu kawin atau nikah dengan orang Bawean. Ternyata keperduliannya dengan Bawean luar biasa. Setiap saat selalu ingat dan mencari solusi terbaik untuk membangun Bawean.
Mereka pro aktif memikirkan Bawean bukan untuk pribadi atau keluarga, tapi untuk masyarakat Bawean keseluruhan atau umum. Lalu, bagaimana dengan kita yang lahir di Bawean dan tamoni di Bawean, apa sudah memberikan yang terbaik untuk Bawean? jawabnya ada di lubuk sanubari kita masing-masing, terutama bagi kita bila mengakui bahwa dilahirkan di Pulau Bawean. (bst)
Oleh : Mr. Gerbang Bawean

Kita sering mendengar, sebagian warga menjual harta warisnya di Pulau Bawean. Dengan alasan sudah tidak betah tinggal Bawean, ingin menetap di daerah lain. Setelah assetnya terjual semua, mereka pulang ke daerah pilihanya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata hasil penjualan waris di Bawean dibuat rumah di negeri lain dengan megah dan bagus, setelah dapat beberapa bulan kita mendengar rumah bagus yang baru dibangun, ternyata disodok atau robohkan oleh kerajaan. Juga kita mendengar rumah bagus yang dibuat dari hasil jual warisan di Bawean, ternyata beberapa bulan yang lalu terbakar habis.
Dari adanya kisah tersebut, sebaiknya kita ambil hikmahnya agar tidak melupakan Pulau Bawean. Lupakan Bawean, Ingat tamoni di Bawean.
Kenapa Bawean dilupakan, alasanya Pulau Bawean sudah tidak prospek untuk ekonomi, jarak Bawean sulit dijangkau dan lain sebagainya. Sedangkan ditempat yang baru, sangat mendukung untuk menghidupi keluarga.
Tapi ternyata, setelah beberapa bulan datang kembali ke Bawean, mencari kekayaan orang tuanya yang ditinggalkan. Ironisnya, sampai aset kekayaan yang dijual oleh orang tuanya diambil kembali. Alasannya, penjualan tidak sah dll.
Sebaliknya, ada rasa kagum yang luar biasa bila ada orang luar Bawean. Lalu kawin atau nikah dengan orang Bawean. Ternyata keperduliannya dengan Bawean luar biasa. Setiap saat selalu ingat dan mencari solusi terbaik untuk membangun Bawean.
Mereka pro aktif memikirkan Bawean bukan untuk pribadi atau keluarga, tapi untuk masyarakat Bawean keseluruhan atau umum. Lalu, bagaimana dengan kita yang lahir di Bawean dan tamoni di Bawean, apa sudah memberikan yang terbaik untuk Bawean? jawabnya ada di lubuk sanubari kita masing-masing, terutama bagi kita bila mengakui bahwa dilahirkan di Pulau Bawean. (bst)
No comments:
Post a Comment