TINGGAL DI PONDOK KALOMPANG GUBUK

Media Bawean, 21 Mei 2008

Tulisan Endahvision Singapura ( The Baweanese Corner )
Diterjemah oleh Fiya ( Kontributor Media Bawean di Kuala Lumpur )

(Di belakang rumah – Aku, kedua-dua adik perempuanku, dan adik lelakiku.
Foto diambil tahun 70-an)

Aku dan kedua-dua adik perempuanku dilahirkan di Pondok ("Ponthuk" adalah sebutan orang Bawean yang betul) dalam tahun 60an, antara kami cuma dipisahkan 2 tahun. Ibu memberitahu bidan dari Hospital KK yang datang menyambut kelahiran kami.

Aku ingat sekali waktu masih kecil bermain dengan adik-adikku dan teman-teman sebaya. Mereka dari beberapa pondok yang berdekatan. Langkah dua rumah kedai dari tempatku adalah Pondok Tachung, dan di seberang jalan di sebelah kiri ada beberapa pondok Pangga.

(Adik beradik dan sepupuku di pintu masuk rumah kami di awal tahun 70-an)

Aku dan adiku telah menyaksikan perubahan arus peredaran zaman. Kami telah pengalaman tinggal di Pondok dan menyaksikan kehidupan dan perubahan gaya hidup orang Bawean dalam tahun 60an, 70an, 80an dan 90an, berkembang setiap tahun.

Adik perempuan, adik laki2, dan sepupuku Anam. Foto diambil pada tahun 70an. Di bahagian belakang adalah taman permainan kami, bila mana mamang (pemain bola) tidak bisa membawa kami ke Pusat Komuniti Kampong Kapor, yang cuma terletak di di seberang jalan.

Umumnya, penduduk yang tinggal di Pondok harus patuh pada undang-undang dan peraturan Pondok. Peraturan-pearturan ini berbeda-beda antara lain-lain Pondok. Dalam Pondok Kalompang Gubuk, antara peraturan umum adalah seperti; lampu harus dimatikan pada waktu tertentu, tidak bisa terlalu lama dalam kamar mandi, dan orang bujang lelaki, termasuklah tamu laki2 yang biasanya pelaut, tidak dibenarkan ke tingkat dua rumah kedai itu. Tamu-tamu ini bermalam di pondok sebelum meninggalkan Singapura untuk ke destinasi lain.

(anak-anak bujang Kampong Kapor dalam tahun 50an / 60 an)

Sebuah meja tinggi yang besarnya 1/3 dari ruang tamu ini menjadi tempat tidur para tamu di waktu malam. Meja itu dipangil 'ambin'. Laki-laki akan tidur di atas tilam nipis yang boleh dilipat dan disimpan atas rak dinding. Ruang tersebut juga akan menjadi tempat mereka beristirahat dan berbual-bual di waktu siang.

(Tempat di mana pernah diletakkan 'ambin'. Di atas jendela ini dulu, terdapat rak tempat menyimpan tilam yang dilipat. Foto diambil tahun 80an)

Di bawah ini 'ambin' menjadi tempat penyimpanan barang di mana pinggan, gelas dan barang-barang dapur yang digunakan untuk majlis tertentu disimpan dalam kotak kayu. Semua ini dibeli menggunakan uang yang didanai bersama oleh warga Pondok dan juga penduduk yang dulu pernah menetap di Pondok Kalompang Gubuk. Bila 'ambin' itu dibuka dan dibuang pada tahun 70an, kotak-kotak kayu itu dan isinya dikirim ke Pulau Bawean untuk orang-orang kampung Kalompang Gubuk.

(Tempat di mana pernah terletaknya meja makan yang panjang itu. Foto ini diambil pada 80an. Mereka sedang membuat persiapan untuk majlis ulang tahun Aman)

Setentang dengan 'ambin', ada satu meja makan yang panjang digunakan oleh mereka sewaktu makan. Meja itu juga digunakan waktu menyambut tetamu. Teh atau kopi disiapkan olek Mak Lurah dan dihidangkan oleh Pak Lurah. Di meja ini jugalah mesyuarat umum diadakan, yang mana penduduk Pondok berkumpul dan berbincang. Umumnya, setiap Pondok mempunyai ahli jawatan kuasa sendiri diketuai Pak Lurah. Bendahari dilantik untuk tujuan mengumpulkan yuran keahlian daripada ahli Pondok. Bendahari juga bertugas untuk mengumpulkan uang sewa dan bil-bil utiliti daripada warga Pondok. Sistem yang digunakan ini sangat terkenal dalam tahun 60an, 70an dan 80an.

Kamar tengah di tingkat bawah dan kamar depan di tingkat atas adalah khas untuk warga yang berumah tangga. Ada ramai keluarga yang tinggal dalam kedua-dua kamar ini. Almari-almari diletakkan agar menajdi pemisah antara ruang-ruang bagi setiap keluarga, manakala pintu masuk bagi setiap ruang cuma ditutup dengan langsir.

Kamar tengah di tingkat dua adalah kamar untuk perempuan. Kakekku, Pak Lurah Haji Siddik, Ketua Pondok Kalompang Gubuk antara tahun 60an hingga 80an, menempatkan kamar kecil di belakang di tingkat dua. Di tingkat ini, ada satu kamar kecil khusus untuk kegunaan wanita.

Ciri-ciri di atas sangat terkenal waktu 60an. Setelah melewati tahun demi tahun, ruang-ruang yang dikhususkan untuk keluarga jadi lebih besar karna ramai warga keluar dari Pondok untuk tinggal di flat HDB. Dalam tahun 90an, keluarga yang masih tinggal di Pondok adalah kelurga tante Suhaidah.

(Nenekku sedang memasak. Ruang ini adalah bagian kecil daripada dapur.

Foto diambil tahun 80an)

Wanita-wanita di Pondok Kalompang Gubuk berkongsi menggunakan dapur. Tiap keluarga diberikan ruang sendiri untuk memasak. Dapur itu besar sekali. Ada satu 'ambin' besar digunakan untuk ruang membuat persiapan memasak. 'Ambin' itu juga digunakan oleh wanita dan anak-anak untuk makan. Ada juga pasangan berkahwin yang menggunakan ambin ini untuk makan.

(Adik kecilku bermain jadi model, bergambar depan kamera di belakang rumah pondok kami. Foto diambil awal tahun 70an)

Di belakang Pondok ada satu pintu belakang. Pintu ini mengarah ke kawasan belakang rumah. Kawasan ini digunakan untuk membasuhpakaian. Wanita-wanita membasuh pakaian keluarga mereka di depan kamar kecil. Mereka mengambil giliran satu persatu. Kerja mencuci dimulai setelah orang laki2 mandi dan pergi kerja.

(Bagian belakang Pondok, di depan toilet. Foto diambil tahun 80an)

Akhir tahun 60an, sebuah kamar kecil dibina di tingkat dua di bagian belakang Pondok. Kamar ini adalah buat keluarga ku. Kamar itu dibina oleh kakaek ku yang pintar dalam pertukangan. Pertukangan adalah hobinya waktu cuti, bekerja jadi sopir PUB. Kamar ini dibuat bagus sekali dan sering digunakan waktu perkahwinan sebagai tempat persalinnan pengantin perempuan.

(Kamar keluargaku. Foto diambil than 70an waktu ada majlis perkahwinan)

Saya suka tinggal di Pondok. Ia meninggalkan kenangan indah waktu kecilku. Keluarga kami meninggalkan Pondok Kalompang Gubuk pada tahun 1974 dan tinggal di flat HDB. Setelah itu, ramai yang mengikut jejak langkah ayahku, membeli HDB flat.

(Bujangan Kampung Kapor, ayahku paling kiri, bersama teman2nya sebagai pemusik.
Foto diambil akhir tahun 50an)