KOMPAS, Jumat, 9 Mei 2008 18:17 WIB
GRESIK, JUMAT - Sejak Mei 2008 PT PLN Area Pelayanan dan Jaringan Gresik Unit Pelayanan Jaringan Bawean mengalami kerugian Rp 1,6 miliar per bulan. Sebelumnya PT PLN merugi Rp 1,2 miliar per bulan. Kerugian itu disebabkan masih maraknya pencurian listrik curah, dan kenaikan bahan bakar minyak untuk industri. Harga solar untuk industri naik dari Rp 7.945 menjadi Rp 8.940 per liter.
Manajer PT PLN Area Pelayanan dan Jaringan Gresik Rusbandi, Jumat (9/5) mengatakan, total pengeluaran PLN untuk melayani 9.600 pelanggan di Bawean mencapai Rp 2 miliar per bulan. Namun, pemasukan dari iuran tertagih dari jasa yang dikeluarkan PLN hanya sebesar Rp 400 juta. "Pemasukan itu terserap untuk bahan baku solar industri sisanya harus kami tanggung, " kata Rusbandi.
Dia menyebutkan kebutuhan solar untuk mengaktifkan mesin genset di enam pembangkitan di Bawean sebanyak 225 kilo liter atau 225.000 liter per bulan. Sebelumnya harga solar industri per liter Rp 7.945, tetapi sejak April-Mei naik menjadi Rp 8.940 per liter.
Asisten Manajer SDM dan Administrasi PT PLN APJ Gresik Soni Guritno Prakoso menambahkan PT PLN akan berupaya menekan kerugian tersebut dengan mengganti bahan bakar solar dengan batubara agar kerugian tidak semakin membengkak. Sayangnya pergantian itu belum dapat dilakukan dalam waktu dekat ini karena semuanya masih dalam proses.
Selain terpengaruh oleh mahalnya bahan bakar solar dan terus merugi, PLN juga terus menuai protes warga Bawean. Sejak Oktober 2005 hingga kini listrik hanya bisa dipergunakan 17 jam per hari mulai pukul 17.00 hingga pukul 10.00. Bahkan hingga kini masih banyak warga yang belum dapat menikmati listrik, karena daftar pasang baru masih mencapai sekitar 6.000 warga.
Menurut Rusbandi PT PLN telah memperbaiki empat mesin genset yang sempat rusak. Kini ada enam genset yang aktif. "Walau masih belum maksimal dan masih belum menyala 24 jam penuh kami sudah memperbaiki genset sehingga enam mesin aktif semua, " tuturnya.
Upaya pengelolaan listrik oleh swasta yang semula ditawarkan PT Arho Ageng Energy (AAE) sampai kini tidak jelas hasilnya. PLN tidak ingin disalahkan lagi bila nantinya ada yang kurang maksinal atas pelayanan listrik di Bawean. Rusbandi mencontohkan di Nusa Tenggara Timur walau sudah diswastakan, tapi yang disalahkan warga tetap PLN.
ACI
GRESIK, JUMAT - Sejak Mei 2008 PT PLN Area Pelayanan dan Jaringan Gresik Unit Pelayanan Jaringan Bawean mengalami kerugian Rp 1,6 miliar per bulan. Sebelumnya PT PLN merugi Rp 1,2 miliar per bulan. Kerugian itu disebabkan masih maraknya pencurian listrik curah, dan kenaikan bahan bakar minyak untuk industri. Harga solar untuk industri naik dari Rp 7.945 menjadi Rp 8.940 per liter.
Manajer PT PLN Area Pelayanan dan Jaringan Gresik Rusbandi, Jumat (9/5) mengatakan, total pengeluaran PLN untuk melayani 9.600 pelanggan di Bawean mencapai Rp 2 miliar per bulan. Namun, pemasukan dari iuran tertagih dari jasa yang dikeluarkan PLN hanya sebesar Rp 400 juta. "Pemasukan itu terserap untuk bahan baku solar industri sisanya harus kami tanggung, " kata Rusbandi.
Dia menyebutkan kebutuhan solar untuk mengaktifkan mesin genset di enam pembangkitan di Bawean sebanyak 225 kilo liter atau 225.000 liter per bulan. Sebelumnya harga solar industri per liter Rp 7.945, tetapi sejak April-Mei naik menjadi Rp 8.940 per liter.
Asisten Manajer SDM dan Administrasi PT PLN APJ Gresik Soni Guritno Prakoso menambahkan PT PLN akan berupaya menekan kerugian tersebut dengan mengganti bahan bakar solar dengan batubara agar kerugian tidak semakin membengkak. Sayangnya pergantian itu belum dapat dilakukan dalam waktu dekat ini karena semuanya masih dalam proses.
Selain terpengaruh oleh mahalnya bahan bakar solar dan terus merugi, PLN juga terus menuai protes warga Bawean. Sejak Oktober 2005 hingga kini listrik hanya bisa dipergunakan 17 jam per hari mulai pukul 17.00 hingga pukul 10.00. Bahkan hingga kini masih banyak warga yang belum dapat menikmati listrik, karena daftar pasang baru masih mencapai sekitar 6.000 warga.
Menurut Rusbandi PT PLN telah memperbaiki empat mesin genset yang sempat rusak. Kini ada enam genset yang aktif. "Walau masih belum maksimal dan masih belum menyala 24 jam penuh kami sudah memperbaiki genset sehingga enam mesin aktif semua, " tuturnya.
Upaya pengelolaan listrik oleh swasta yang semula ditawarkan PT Arho Ageng Energy (AAE) sampai kini tidak jelas hasilnya. PLN tidak ingin disalahkan lagi bila nantinya ada yang kurang maksinal atas pelayanan listrik di Bawean. Rusbandi mencontohkan di Nusa Tenggara Timur walau sudah diswastakan, tapi yang disalahkan warga tetap PLN.
ACI
No comments:
Post a Comment