Media Bawean, 7 Mei 2008
Saat media bawean meliput unjuk rasa buruh kemarin (6/5) di depan kantor DPRD Gresik, ada kata yang menarik diberitakan.
Saat kami masuk warung kopi dipojok depan kantor DPRD Gresik, ketemu Mustain (wartawan Harian Surya), Khusnul Chayadi (wartawan Jawa Pos), dan Om Dahril (Wartawan Radio Elbayu). Setelah duduk, terlontar kata dari mereka "Di Bawean tidak ada buruh". Kami jawab memang Bawean tidak ada buruh, tapi kalau bahasa Bawean buruh artinya menghilang, jawab kami.
Buruh di Bawean hampir dipastikan tidak ada, tapi kalau yang kerja ke luar negeri sangat banyak. Entah mau disebut apa warga Bawean yang kerja ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Orang Bawean jadi buruh di negeri orang, bukan di Bawean sendiri.
Untunglah mereka bisa diterima oleh pemerintah disana untuk jadi buruh di Malaysia, Singapura, dan lainnya . Seandainya ditolak, lalu mereka akan jadi buruh dimana? Ini membuktikan bahwa lapangan kerja di Bawean sangatlah terbatas.
Tapi walaupun demikian, tidak semua warga Bawean harus jadi buruh ke luar negeri. Di Bawean masih banyak yang menekuni kerja nelayan dan pertanian. Hasilnyapun tidak kalah dengan diluar negeri. Mereka mampu membuat rumah megah, bukan hasil kerja diluar negeri. Tapi hasil mereka nelayan ke laut. Tapi pada umumnya perekonomian Bawean ditunjang dari luar negeri, kerja kapal di luar negeri, kerja kongkrit, dan lainnya.
Sebagai bahan pemikiran kita bersama sebagai warga Bawean, mari renungkan pertanyaan berikut ini. Kenapa di Bawean kesulitan lapangan kerja? Lapangan kerja apa yang ada di Bawean? Siapa yang membuka lapangan kerja di Bawean? Adakah investor yang masuk Bawean? Silahkan jawab di komentar. (bst)
Saat media bawean meliput unjuk rasa buruh kemarin (6/5) di depan kantor DPRD Gresik, ada kata yang menarik diberitakan.
Saat kami masuk warung kopi dipojok depan kantor DPRD Gresik, ketemu Mustain (wartawan Harian Surya), Khusnul Chayadi (wartawan Jawa Pos), dan Om Dahril (Wartawan Radio Elbayu). Setelah duduk, terlontar kata dari mereka "Di Bawean tidak ada buruh". Kami jawab memang Bawean tidak ada buruh, tapi kalau bahasa Bawean buruh artinya menghilang, jawab kami.
Buruh di Bawean hampir dipastikan tidak ada, tapi kalau yang kerja ke luar negeri sangat banyak. Entah mau disebut apa warga Bawean yang kerja ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Orang Bawean jadi buruh di negeri orang, bukan di Bawean sendiri.
Untunglah mereka bisa diterima oleh pemerintah disana untuk jadi buruh di Malaysia, Singapura, dan lainnya . Seandainya ditolak, lalu mereka akan jadi buruh dimana? Ini membuktikan bahwa lapangan kerja di Bawean sangatlah terbatas.
Tapi walaupun demikian, tidak semua warga Bawean harus jadi buruh ke luar negeri. Di Bawean masih banyak yang menekuni kerja nelayan dan pertanian. Hasilnyapun tidak kalah dengan diluar negeri. Mereka mampu membuat rumah megah, bukan hasil kerja diluar negeri. Tapi hasil mereka nelayan ke laut. Tapi pada umumnya perekonomian Bawean ditunjang dari luar negeri, kerja kapal di luar negeri, kerja kongkrit, dan lainnya.
Sebagai bahan pemikiran kita bersama sebagai warga Bawean, mari renungkan pertanyaan berikut ini. Kenapa di Bawean kesulitan lapangan kerja? Lapangan kerja apa yang ada di Bawean? Siapa yang membuka lapangan kerja di Bawean? Adakah investor yang masuk Bawean? Silahkan jawab di komentar. (bst)
No comments:
Post a Comment