Friday, 9 May 2008

SOENARYO, PERAIH PENGHARGAAN KASEK SD BERDEDIKASI NASIONAL 2008

JAWA POS, Sabtu, 10 Mei 2008


26 Tahun Mengabdi, Motori Pendidikan di Dusun Terpencil
Tebing terjal di Desa Kepuhlegundi, Kecamatan Tambak, Bawean, jadi tangga menuju prestasi bagi Soenaryo, 50. Pengorbanan kepala SDN Kepuhlegundi II itu berbuah penghargaan presiden. Bagaimana perjuangannya?

CHUSNUL CAHYADI, Gresik
---

SOENARYO terlihat sibuk membaca makalah. Dia membaca lembar demi lembar makalah berjudul Cara Memajukan Pendidikan SD Kecil SDN Kepuhlegundi II Dusun Panyalpangan, Desa Kepuhlegundi, Kecamatan Tambak, Kabupaten Grsik, dengan begitu seksama.

Dia seakan ingin memastikan makalah yang disampaikan pada Senin (12/5) di Universitas Airlangga Surabaya itu sempurna. Sebab, makalah berisi metodologi memajukan pendidikan di SD kecil dusun terpencil tersebut juga akan disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada hari yang sama.

"Koreksi ulang. Kalau sampai ada kesalahan kan malu," kata bapak tiga anak itu. Soenaryo kemarin (9/5) berpamitan kepada Kepala Dinas P dan K Gresik Chusaini Mustas didampingi Kacabdin P dan K Kecamatan Tambak Mokhammad Sueb.

Mulai Sabtu (hari ini) hingga Minggu, dia harus menjalani karantina di Surabaya. Soenaryo dijadwalkan menerima penghargaan bersama tiga Kasek SD lain dari Sulawesi Selatan, Maluku, dan Jawa Tengah. Juga, empat pengawas SD dan TK se-Indonesia.

Pria kelahiran Tulungagung tersebut menceritakan bagaimana dirinya bisa meraih penghargaan itu. Dia mulai mengajar di SDN Kepuhlegundi pada 1982 hingga 1992, sejak masih lajang. Selama 10 tahun, dia menjadi guru kelas. "Semua mata pelajaran harus bisa. Jumlah gurunya hanya tiga," ujarnya.

Setahun jadi guru, tepatnya pada 1983, Soenaryo terpincut gadis Pulau Bawean. Dia bersama keluarga lantas tinggal di Desa Kepuhlegundi. Jaraknya sekitar 6 kilometer dari tempatnya mengajar, di SDN Kepuhlegundi II. Setiap hari, dia harus naik turun tebing menuju sekolah. Soenaryo akhirnya diangkat menjadi Kasek mulai 1993 hingga 2008. Selama dia menjabat Kasek, pendidikan di dusun tersebut berangsur membaik. Jumlah siswa terus meningkat.

Namun, ada pula persoalan. Sebab, sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar sangat minim. Gedung dan bangku sekolah rusak. Kegiatan belajar mengajar akhirnya dipisah di tiga lokasi, yakni di sebagian gedung SDN, musala, dan sebagian lain di TK Muslimat Nahdlatul Huda.

"Selama di sana (26 tahun) lebih banyak duka daripada suka. Tapi, itu menjadikan saya sebagai tantangan," tandas pria yang suka memelihara janggot tersebut. "Apalagi sekarang ini tunjangan guru daerah terpencil sudah dihapus. Karena itu, tidak ada PNS yang mau ditempatkan di desa terpencil ini," tuturnya.

Di tengah keterbatasan itu, Soenaryo tidak berpangku tangan. Dia mendirikan sejumlah sekolah. Tujuannya, masyarakat melek huruf. Pada 2003, dia mendirikan kejar paket B (setara SMP) di dusun berpenduduk 200 kepala keluarga (KK) itu. Dia melihat banyak lulusan SD tidak melanjutkan ke SMP. "Alasan mereka, SMP jauh," ujarnya. Jaraknya memang hanya 6 kilometer. Tapi, akses menuju sekolah itu sulit karena jalan mendaki dan menuruni perbukitan terjal.

Pada 2005, dia mendirikan pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak. "Saat ini jumlah siswa PAUD sebanyak 32 dan TK 30 anak," jelasnya. Namun, Soenaryo belum puas. Sebab, sekolah diniyah di dusun yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai buruh petani tersebut belum ada.

Dia pun mendirikan Madrasah Diniyah Ula (MDU) Nahdlatul Huda. "Pagi sekolah TK dan SD. Sorenya mereka belajar agama," jelasnya. Pengabdian kepada masyarakat itulah yang mendorong Dinas P dan K Gresik mengusulkan Soenaryo untuk mendapatkan penghargaan Kasek SD berdedikasi tingkat nasional. (roz)

No comments:

Post a Comment