Media Bawean, Senin, 26 Mei 2008
Sumber : Sindo Sunday, 25 May 2008
GRESIK (SINDO) – Potensi golput di Kabupaten Gresik pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 23 Juli nanti cukup besar.Penyebabnya, banyak warga kota santri yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Anggota KPUD Gresik Nur Faqih mengatakan, angka golput di Kota Santri bisa mencapai 30%. Estimasi itu didasarkan pada pemilihan bupati (pilbup) 2005 lalu. Selain disebabkan banyaknya warga Gresik yang menjadi TKI,juga banyak pula pemilih yang enggan mendatangi TPS.Bisa karena memang kerja, bisa juga karena tidak tertarik untuk berpartisipasi. ”Kalau pastinya kami belum berani memastikan. Sebab, tidak ada angka pasti yang menyebutkan berapa totalnya warga Gresik yang menjadi TKI.Hanya berdasar pilbup lalu paling berkisar 30%,” terang Nur Faqih,kemarin.
Estimasi 30% itu merupakan akumulasi TKI asal Bawean, Gresik utara dan selatan. Bahkan,Nur Faqih berani memperkirakan bila di Pulau Bawean ada sekitar 20% warganya menjadi TKI yang tersebar di seluruh dunia. Kemudian untuk Gresik utara, meliputi Kecamatan Panceng, Dukun, Sidayu dan Ujungpangkah sekitar 10–15 % dan di Gresik selatan dia perkirakan tidak kurang dari 5%. Padahal,berdasarkan data pemilih sementara yang diterima KPUD dari Pemkab, jumlah pemilih mencapai 903.000 dari 1,1 juta penduduk Gresik.
Dari jumlah itu, kata Nur Faqih, saat dilakukan pemutakhiran data oleh PPK ternyata banyak ditemukan identitas pemilih yang meninggal, pindah tempat tinggal dan juga pemilih yang belum sampai umur. ”Untungnya hal itu dapat diketahui sebelum dilakukan penetapan daftar pemilih (DPT). Sebab, pemilih yang identitasnya tidak sesuai itu jumlahnya cukup tinggi,” ungkap mantan wartawan itu.
Ismail Hariyanto,KoordinatorForumPeduliIndonesia( Pofin) Wilayah Gresik,Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro, menganalisa jumlah itu bakal bertambah.Sebab,saat ini warga Indonesia dan Jawa Timur khususnya sudah apriori terhadap pemerintah, karena kenaikanBBMdanbatalnya realisasi BLT kompensasi BBM. ”Dari situ masyarakat pemilih akan kian enggan mendatangi TPS.Karena bagi mereka ternyata pemimpin yang dipilih adalah sama saja.Saat proses pemilih menebar janjijanji muluk, tapi kalau terpilih lupa akan janjinya,” tukas Ismail. (ashadi ik)
GRESIK (SINDO) – Potensi golput di Kabupaten Gresik pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 23 Juli nanti cukup besar.Penyebabnya, banyak warga kota santri yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Anggota KPUD Gresik Nur Faqih mengatakan, angka golput di Kota Santri bisa mencapai 30%. Estimasi itu didasarkan pada pemilihan bupati (pilbup) 2005 lalu. Selain disebabkan banyaknya warga Gresik yang menjadi TKI,juga banyak pula pemilih yang enggan mendatangi TPS.Bisa karena memang kerja, bisa juga karena tidak tertarik untuk berpartisipasi. ”Kalau pastinya kami belum berani memastikan. Sebab, tidak ada angka pasti yang menyebutkan berapa totalnya warga Gresik yang menjadi TKI.Hanya berdasar pilbup lalu paling berkisar 30%,” terang Nur Faqih,kemarin.
Estimasi 30% itu merupakan akumulasi TKI asal Bawean, Gresik utara dan selatan. Bahkan,Nur Faqih berani memperkirakan bila di Pulau Bawean ada sekitar 20% warganya menjadi TKI yang tersebar di seluruh dunia. Kemudian untuk Gresik utara, meliputi Kecamatan Panceng, Dukun, Sidayu dan Ujungpangkah sekitar 10–15 % dan di Gresik selatan dia perkirakan tidak kurang dari 5%. Padahal,berdasarkan data pemilih sementara yang diterima KPUD dari Pemkab, jumlah pemilih mencapai 903.000 dari 1,1 juta penduduk Gresik.
Dari jumlah itu, kata Nur Faqih, saat dilakukan pemutakhiran data oleh PPK ternyata banyak ditemukan identitas pemilih yang meninggal, pindah tempat tinggal dan juga pemilih yang belum sampai umur. ”Untungnya hal itu dapat diketahui sebelum dilakukan penetapan daftar pemilih (DPT). Sebab, pemilih yang identitasnya tidak sesuai itu jumlahnya cukup tinggi,” ungkap mantan wartawan itu.
Ismail Hariyanto,KoordinatorForumPeduliIndonesia( Pofin) Wilayah Gresik,Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro, menganalisa jumlah itu bakal bertambah.Sebab,saat ini warga Indonesia dan Jawa Timur khususnya sudah apriori terhadap pemerintah, karena kenaikanBBMdanbatalnya realisasi BLT kompensasi BBM. ”Dari situ masyarakat pemilih akan kian enggan mendatangi TPS.Karena bagi mereka ternyata pemimpin yang dipilih adalah sama saja.Saat proses pemilih menebar janjijanji muluk, tapi kalau terpilih lupa akan janjinya,” tukas Ismail. (ashadi ik)
No comments:
Post a Comment