Sunday, 18 May 2008

JALAN INDONESIA DAN MALAYSIA BERBEDA

Media Bawean, 19 Mei 2008

Oleh : Mr. Gerbang Bawean
Saat kami berkunjung ke Malaysia pertama, kami sangat terkejut dan merasakan sesuatu yang beda dengan di Indonesia. Perbedaan dirasakan saat naik mobil yang dijemput saudarahku dari Stulang Laut ke rumahnya di Kampong Pandan Johor Bahru. Selama perjalanan terasa nyaman dapat dirasakan bahwa jalannya cukup rata dan sangat mulus. Sedangkan di Indonesia, sangat dirasakan adanya goncangan dan lubang seperti yang mengakibatkan tokoh politik dan aktor Sophan Sophiaan meninggal dunia akibat kecelakaan di Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (17/5/2008).

Saat akan pergi ke Kuala Lumpur, saudarah mengantar kami ke Terminal Larkin Johor Bahru. Sampai di terminal, kami beli tiket di loket sesuai bis yang diinginkan. Kami memutuskan ikut bis Transitional, yang menurut saudaraku lebih nyaman dan fisilitasnya lengkap.

Saat bis berjalan menuju Kuala Lumpur, kami merasakan kenyamanan di atas bis. Bis yang bagus, full AC dan suara musik merdu terasa nikmat didengar di telinga. Dalam hati kami bertanya-tanya, kapan di Indonesia jalannya seperti ini? Seandainya jalan di Indonesia seperti ini, alangkah nikmatnya pengguna jalan raya. Seandainya naik bis di Indonesia seperti sekarang, mungkin kami tidak akan mendengarkan suara musik. Tapi naik bis di Indonesia konsentrasi menjaga keseimbangan tubuh takut bergeser ke kanan atau kiri.

Setelah berjalan beberapa jam, bis Transitional berhenti di rumah makan. Kami turun dari bis, mengikut penumpang yang lain masuk kedalam warung makan yang cukup besar dan serba lengkap. Di dalam warung makan penumpang bis, ada yang menuju ke kamar kecil dan ada juga yang langsung ambil piring dan memilih nasi dan ikan sesuai seleranya. Kami melangkah menuju tempat jual minuman, kami pesan kopi panas.

Setelah cukup beberapa menit kemudian penumpang naik kembali ke bis, kami juga segera naik takut ditinggal. Ternyata di dalam bis, sopir bis memeriksa dan menghitung jumlah penumpang. Setelah itu, bis berangkat kembali menuju Kuala Lumpur. Sepanjang perjalanan kami melihat ke luar, ternyata sepeda motor juga berjalan di jalan tol. Tapi jalannya ada sebelah dipinggir jalan.

Sepanjang perjalanan, kami tidak pernah mendengar adanya bunyi klakson seperti di Indonesia tuuuuuut tiiiiiiiiiiiiiit toooooooooooot. Di hati kami juga banyak bertanya, kenapa klakson tidak pernah berbunyi?

Sampai di terminal Pudu Raya Kuala Lumpur, kami langsung naik taxi ke rumah teman di Ampang Jaya. Setelah taxi berjalan, kami melihat keindahan ibu kota Malaysia, salah satunya KLCC atau menara kembar. Disaat melihat kami bertanya dalam hati, kenapa bangunan ini seperti jagung. Apa karena di ibu kota tidak ada tanaman, sehingga pemerintah Malaysia membuat bangunan tinggi yang menyerupai jagung.

Setelah sampai di rumah teman, di kawasan Ampang Jaya Kuala Lumpur. Kami langsung banyak bertanya, "Kenapa kendaraan di Malaysia tidak ada klaksonnya?" kataku. Teman menjawab, "Klakson ada, tapi tidak dibunyikan. Terkecuali darurat, kalau tidak darurat membunyikan klakson bisa dianggap mengancam orang lain," jawab temanku.

"Ada bangunan tinggi seperti jagung, itu apa?" kataku. Teman menjawab, "Itu bangunan terbagus di Malaysia, namanya KLCC," kata temanku.

Berikutnya perjalanan kami lanjutkan ke Klantan dengan naik bis Transitional, perjalanan yang cukup jauh. Dalam hati kami menyangka bahwa jalan ke Klantan pasti jelek, karena bukan daerah partai penguasah. Oh, ternyata dugaan kami salah, jalan ke Klantan daerah penguasah PAS cukup bagus dan nyaman, tidak ada bedanya dengan jalan dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur. Dalam perjalanan kami sangat nikmat tidur dan merasakan kenyamanan dalam perjalanan.

Setelah satu bulan di negeri jiran, kami pulang ke Indonesia. Saat kami sampai di Bandara Juanda, langsung naik mobil dijemput saudarah dari Gresik. Saat perjalanan ke Gresik, dalam mobil kami bergoyang-goyang dan merasakan tidak enak diperut. Aduh, ternyata jalan Indonesia dengan Malaysia sangat beda sekali. Kami bertanya pada saudaraku yang menyetir mobil, "Apa ini jalan Indonesia?", kata kami. Jawab saudaraku, "Iya," katanya spontan.

Jika Hidayat Nur Wahid menyatakan, dulu Malaysia meminta guru dari Indonesia untuk mengajar di sana. Sayangnya sekarang Indonesia malah mengirim tenaga kerja dengan level lebih rendah sebagai TKI. Petronas yang dulu belajar dari Pertamina sudah membangun dua menara kembar. Ini membuktikan Pertamina sudah berhasil menjadi seorang guru yang baik. (detikcom).

Sebagai tambahan, yaitu jalannya lebih bagus di Malaysia daripada di Indonesia. Padahal menurut orang Indonesia di Malaysia, yang membangun kontruksi jalan tol pertama di Malaysia dari Indonesia.
Kecelakaan aktor senior ternama dan politikus Sophan Sophiaan meninggal dunia akibat terpelanting dari motor Harley Davidson karena menghindari lubang di jalanan. Sampai kapan jalan rusak akan diperbaiki? Apakah akan terus dibiarkan, sampai menelan banyak korban lagi?

No comments:

Post a Comment