Dengan dilaranganya pelayaran kapal Gresik-Bawean oleh Dishub dan Adpel Gresik sejak 1 minggu lalu, menyebabkan 250 orang yang akan pulang ke Bawean terlantar di Gresik.
Warga Bawean terlantar di Gresik, kini tinggal di penginapan daerah pelabuhan dan sebagian besar memilih kapal sebagai tempat alternatif bagi orang Bawean yang sudah kehabisan bekal.
Salah seorang perwakilan warga mendatangi LSM Gerbang Bawean, meminta supaya diperjuangkan agar dapat jatah makan gratis. Menurut Ali selaku perwakilan warga mengatakan "Berikan kami sesuap nasi, kami sudah kehabisan bekal. tolong diusahakan oleh LSM", katanya.
Ali menambahkan "Dimana keperdulian Dewan Bawean dan Pemerintah, rakyatnya sedangkan terlantar kok dibiarkan tanpa ada rasa peduli"ujarnya dengan serius.
LSM Gerbang Bawean menanggapi serius dengan adanya pengaduan warga yang terlantar di Gresik. Seharusnya Pemkab memikirkan bagaimana dengan nasib mereka yang telah terlantar berhari-hari di Gresik, dan memilih kapal sebagai tempat karena bekal sudah habis.
LSM Gerbang Bawean punya 2 opsi untuk mengatasi permasalahan warga terlantar :
1. Pemkab mendatangkan kapal perang,
2. Pemkab memberikan jatah makan 3X sehari.
Bukan alasan tidak bisa mendatangkan kapal perang, karena buktinya dulu bisa kok.
KLIPING KOMPAS
Sabtu, 17 Februari 2001
Gresik - Bawean Terganggu
Armatim Siapkan Kapal Perang
Surabaya, Kompas
Badai dan gelombang laut setinggi empat meter, akhir-akhir ini mengganggu kelancaran transportasi laut dari Gresik - Pulau Bawean dan sebaliknya. Oleh sebab itu, Armada RI Kawasan Timur (Armatim) menyiagakan satu kapal perang KRI Sangkuriang, untuk membantu warga masyarakat Pulau Bawean.
Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksda TNI Adi Hariyono ketika dikonfirmasi Kompas di sela-sela penyerahan kapal kontainer buatan PT PAL Indonesia kepada PT Djakarta Lloyd, hari Jumat (16/2) menandaskan, pihaknya telah menyiagakan satu buah kapal perang KRI Sangkuriang untuk membantu warga masyarakat Pulau Bawean yang sedang kesulitan transportasi, baik untuk angkutan penumpang maupun barang. "Saya kira sudah cukup satu kapal untuk membantu kesulitan yang sekarang ini dihadapi warga Bawean," ujarnya.
Menurut Adi Hariyono, pengoperasian kapal perang milik Armada RI Kawasan Timur (Armatim) amat bergantung kepada permintaan Pemerintah Daerah (Pemda) Gresik. "Kemarin (hari Kamis, 15/2-Red), kapal perang itu sudah siap berangkat ke Bawean, tetapi oleh Bupati Gresik dibatalkan dengan alasan khawatir menabrak dermaga yang sudah rusak, karena gelombang besar," ujarnya.
Adi Hariyono mengatakan, kapal perang yang telah disiapkan sekaligus siaga penuh selama 24 jam, sewaktu-waktu diperlukan untuk membantu kesulitan warga masyarakat Pulau Bawean, bisa segera digerakkan. Tujuannya, agar arus penumpang maupun barang dari Pulau Bawean ke Gresik dan sebaliknya, bisa segera diatasi. Itu artinya kesulitan transportasi penumpang dan barang bisa cepat tertanggulangi. "Sewaktu-waktu dibutuhkan, kami siap," tandasnya. (tif)
Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksda TNI Adi Hariyono ketika dikonfirmasi Kompas di sela-sela penyerahan kapal kontainer buatan PT PAL Indonesia kepada PT Djakarta Lloyd, hari Jumat (16/2) menandaskan, pihaknya telah menyiagakan satu buah kapal perang KRI Sangkuriang untuk membantu warga masyarakat Pulau Bawean yang sedang kesulitan transportasi, baik untuk angkutan penumpang maupun barang. "Saya kira sudah cukup satu kapal untuk membantu kesulitan yang sekarang ini dihadapi warga Bawean," ujarnya.
Menurut Adi Hariyono, pengoperasian kapal perang milik Armada RI Kawasan Timur (Armatim) amat bergantung kepada permintaan Pemerintah Daerah (Pemda) Gresik. "Kemarin (hari Kamis, 15/2-Red), kapal perang itu sudah siap berangkat ke Bawean, tetapi oleh Bupati Gresik dibatalkan dengan alasan khawatir menabrak dermaga yang sudah rusak, karena gelombang besar," ujarnya.
Adi Hariyono mengatakan, kapal perang yang telah disiapkan sekaligus siaga penuh selama 24 jam, sewaktu-waktu diperlukan untuk membantu kesulitan warga masyarakat Pulau Bawean, bisa segera digerakkan. Tujuannya, agar arus penumpang maupun barang dari Pulau Bawean ke Gresik dan sebaliknya, bisa segera diatasi. Itu artinya kesulitan transportasi penumpang dan barang bisa cepat tertanggulangi. "Sewaktu-waktu dibutuhkan, kami siap," tandasnya. (tif)
No comments:
Post a Comment