Thursday, 21 February 2008

BERITA BAWEAN - SURABAYA POST

SURABAYA POST
Warga Bawean Diangkut Kapal TNI AL
Jumat 23/02/2008
Gresik-Surabaya Post
Pemkab akhirnya meminjam kapal TNI AL. Pasalnya, jadwal keberangkatan KM Harapanku Mekar yang sedianya dilakukan Jumat (22/2) kembali dibatalkan karena ombak masih tinggi.
Semula Badan Meteorologi dan Giofisika (BMG) Juanda memastikan pada gelombang laut sudah mulai membaik, sehingga rencana pinjam kapal ke TNI AL dibatalkan. Kenyataannya gelombang masih tinggi, sehingga rencana pemberangkatan kapal, Jumat (22/2) dibatalkan lagi.
“Kami sudah mendapatkan kepastian dari AL, hari ini kapal akan dikirim ke Gresik untuk mengangkut penumpang ke Bawean,” tutur Kabag Humas Mighfar Syukur, Sabtu (23/2).
Sementara itu Kadispen Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful membenarkan salah satu kapalnya yang dipinjam untuk dipinjam untuk mengangkut warga Bawean. "Tadi Wakil Bupati Gresik ke Koarmatim membawa surat permintaan bantuan untuk menggerakkan kapal TNI AL setelah Pulau Bawean tidak bisa dilayari kapal," kata Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful.
Ia mengemukakan, pada pertemuan Wabup Gresik dengan Kasarmatim, Laksma TNI Suparno itu TNI AL menyanggupi mengirim KRI Teluk Sampit yang baru datang dari Pulau Karimun Jawa, Kabupaten Jepara, Jateng setelah mengangkut kebutuhan bahan pokok. Kapal dari satuan kapal amfibi yang dikomandani Mayor Laut (P) Deni Eka itu akan berlayar menuju Gresik selanjutnya bertolak ke Bawean, Sabtu (23/2). "Kami berharap bukan hanya penumpang yang dibawa, tapi juga bahan kebutuhan pokok karena kabarnya di Bawean kebutuhan pokok sudah menipis karena tidak ada pasokan. Selain itu, kalau hanya membawa penumpang 300 orang kan tidak efektif dan efisien," katanya.
Sebelumnya, sejumlah warga Bawean melakukan protes ke Adpel Gresik, karena tidak ada kepastian keberangkatan pelayaran ke Bawean. “Kami sudah hampir 15 hari di Gresik, tapi, keberangakatan kapal selalu ditunda,” tegas Usman, salah satu warga Bawean.
Bahkan, mereka menuduh Pemkab Gresik dan Adpel selalu berbohong. Mereka juga tidak percaya jika Pemkab bakal meminjam kapal TNI AL. Mereka baru percaya setelah ditunjukkan surat bupati bernomor: 552/403/403.55/2008 yang akan ditujukan kepada Armatim, puluhan pemuda asal Bawean itu percaya. Bahkan, Kepala Kesbang Linmas Supii dan Kadin Perhubungan Sutarji mengajak wakil pemuda Bawean ke Armatim untuk melobi peminjaman kapal. “Alahamdulillah Armatim berkenan meminjamkan kapal untuk mengangkut warga Bawean,” tegas Sutarji.
Menurut Kasi Gangguan dan Keselamatan (Gamat) Pelabuhan Gresik Suratno, ketinggian ombak sekarang ini berkisar antara 2-3 meteran. Namun, dengan kapal TNI AL hal itu tidak masalah. “Semoga seluruh penumpang bisa terangkut,” tuturnya. (mam)
=========================================================================
Telekomunikasi Terancam Lumpuh
Sabtu 23/02/2008
Layanan telekomunikasi di Pulau Bawean Gresik, terancam lumpuh dalam beberapa hari mendatang jika pasokan solar untuk bahan bakar pembangkit transmisi mengalami keterlambatan. "Tapi, sementara ini stok solar diperkirakan masih cukup untuk empat hari kedepan," kata Manager Komunikasi Telkom Divre V Jatim, Djadi Soegiarto, di sela pembukaan Web Blog Competition, Jumat (22/2).
Pulau Bawean hingga kini masih terisolir setelah kapal-kapal yang melayani rute Gresik-Bawean sejak 7 Pebruari lalu tidak berani berlayar mengingat tingginya gelombang di perairan Bawean, Kalianget dan Masalembo.
Kondisi tersebut juga bisa mengancam layanan telekomunikasi di Bawean jika pengiriman solar sebagai bahan bakAr pembangkit transmisi juga terkendala cuaca.
Untuk itu, kata Djadi, Telkom sudah bekerjasama dengan jajaran TNI AL untuk penggadaan kapal yang akan mengangkut solar ke Pulau Bawean.
Menurut dia, satu drum solar atau setara dengan 200 liter dapat digunakan selama dua hari. Dengan kapal TNI AL, Telkom akan mengirimkan 10 drum solar untuk kebutuhan 20 hari.
"Kami masih melakukan koordinasi dengan jajaran TNI AL, karena yang akan dikirim kesana juga bantuan sembako untuk karyawan Telkom di Bawean," kata Djadi.
Berdasarkan data, di Bawean ada 3.900 Satuan Sambungan Telepon (SST) milik Telkom.(ant)
==========================================================================
Pasca Banjir di Bawean Transpotasi Belum Pulih
Jumat 09/02/2008
Gresik - Surabaya Post
Banjir bandang di Sangkapura dan Tambak, Pulau Bawean pada Rabu (30/1) lalu, masih dirasakan warga, utamanya terputusnya sejumlah jalan dan jembatan. Transpotasi masih belum pulih.
Menurut Moh. Amin, warga Bawean, jembatan utama yang menghubungkan Tanjungori dan Tambak yang terputus belum diperbaiki. Untuk akses ke wilayah kota Tambak, warga hanya melalui jembatan darurat yang dibangun warga secara gotong-royong yang terbuat dari batang kelapa.
“Jembatan darurat itu tidak bisa dilalui kendaraan,” tutur Amin, Sabtu (9/2).
Ditambahkan, Tanjungori yang hendak ke Tambak harus menunggu warga Tambak akan ke Tanjungori untuk saling menukar sepeda motor. “Kalau tidak ada sepeda motor yang ditukar, ya harus menunggu kalau tidak ingin jalan kaki,” tambah Amin.
Warga mendesak Pemkab segera memulihkan infrastruktur yang rusak akibat banjir, sehingga akses transpotasi bisa lancar. “Kami berharap agar Pemkab segera memperbaiki jembatan dan jalan yang putus. Kalau perbaikan itu hanya mengandalkan warga, ya hasilnya kurang maksimal,” tutur Muhamad Shaufy (39), warga Desa Daun, Sangkapura.
Desakan serupa dikemukakan Ahmad Iqbal, warga Bawean yang sering merantau ke beberapa negara di Asean seperti Malaysia maupun Singapura, Pemkab Gresik segera tidak diskriminatif dalam pemulihan pasca banjir. “Jangan hanya Gresik daratan saja yang dipikirkan, tapi kami yang disini juga harus dibantu,” terang Ikbal.
Kabag Humas Pemkab Gresik, Mighfar Syukur menjelaskan, dalam penanganan pasca banjir atau pun pembangunan, Pemkab gresik tidak membeda-bedakan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. “Semuanya akan ditangani dan disesuaikan kemampuan,” tegas Mighfar.
Seperti bencana banjir di Bawean. Sehari setelah Banjir, Pemkab langsung mengirim bantuan beras 5 ton, 400 dus mie instan dan 5.000 sak karung plastik. “Tim dari Dinas PU juga langsung turun untuk menginventarisir kerusakan infrastruktur yang ada,” tambahnya.
Kepala Dinas PU Gresik, Tugas Husni Syarwanto menjelaskan, dari hasil pendataan petugasnya di lapangan pasca bencana, untuk perbaikan infrastruktur yang bersifat permanen dibutuhkan anggaran miliaran rupiah, dan itu tidak mungkin langsung dilakukan pemerintah. “Yang bisa kita lakukan dalam waktu dekat ini perbaikan darurat, sehingga arus transpotasi masih bisa dilalui, meski juga serba darurat,” papar Tugas.
Penanganan pasca bencana di Bawean, lanjut Tugas, memang tidak bisa secepat seperti di daratan, karena di Bawean tidak mudah untuk mendapatkan alat-alat berat, seperti backgoe untuk membantu menyingkirkan longsoran tanah. “Karena keterbatasan alat berat, terpaksa dilakukan dengan cara manual sehingga membutuhkan waktu lebih lama,“ sela Tugas.
Syarif Musa, wakil rakyat asal Desa Tanjungori, Kec. Tambak meminta masyarakat setempat untuk bersabar, karena perbaikan tidak bisa dilakukan serta merta, butuh waktu, transportasi, dan pendanaan yang tidak sedikit. “Pemerintah sudah berupaya, namun, karena keterbatasan sarana dan prasarana, sehingga transpotasi belum bisa pulih,” ujarnya.
Akibat bencana banjir dan tanah longsor di Bawean, diperkirakan kerugiannya mencapai lebih dari Rp 8 miliar. Sesuai dengan laporan Camat Sangkapura, Suhaimi, kerugian akibat bencana hampir mencapai Rp 3 miliar. Sedangkan di Kec. Tambak, estimasi Syarif Musa tidak kurang dari Rp 5 miliar.(mam)
==========================================================================
ADD di Bawean Juga Disunat
Selasa, 17 Januari 2008
Gresik - Surabaya Post
Penyunatan anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) tidak hanya terjadi di Kec. Duduksampean dan Balongpanggang, di Bawean praktik serupa juga ditengarai terjadi. “Kalau pemotongan dana ADD di Bawan juga terjadi,” terang Koordintaor LSM Gerbang Bawean Abdul Basith Karim, Kamis (17/1).
Dikatakan, di Desa Kebunteluk Dalam. Kec. Sangkapura dan ADD yang telah dicairkan desa oleh oknum kecamatan setempat langsung diminta Rp 2 juta dengan dalih untuk biaya administrasi. “Ini sudah keterlaluan, masak setiap pencairan dana ADD aparat kecamatam minta Rp 2 juta,” tutur Basith.
Sementara itu Camat Sangkapura, Suhaimi didampingi Kasubag Pemberitaan Humas Pemkab Gresik Manuntun Sianturi saat dikonfirmasi enggan berkomentar perihal tudingan salah satu LSM asal Bawean tersebut. “Saya belum akan berkomentar, karena masih belum mengetahui bagaimana duduk permasalahan detailnya,” terang Suhaimi.
Ketua Komisi A, M Syafik AM pesimis, jika kepala desa yang dana ADD-nya dipotong oleh oknum kecamatan untuk melaporkan secara tertulis. “Saya yakin tidak akan ada kepala desa yang berani melapor ke bupati,” tegas Syafik menanggapi tantangan pemkab agar kades berani melaporkan tertulis jika ada pemotongan ADD.
Selain itu, problem utama sebenarnya adanya ketergantungan pemdes kepada aparat kecamatan saat membuat usulan program ADD, karena sebagian besar menggantungkan ke aparat kecamatan, meski desa sendiri juga mampu membuat usulan itu. ”Desa tinggal terima jadi saja,” terangnya.
Safik berharap di tahun ketiga (2008-Red) pelaksanaan ADD nanti pemdes sudah bisa mendiri dan mampu membuat usulan programnya sendiri, tanpa menggantungkan bantuan aparat kecamatan lagi. “Tapi pihak kecamatan juga harus memberikan bimbingan,” paparnya.(mam)

No comments:

Post a Comment