18 Februari 2008
Oleh : Mr. Gerbang Bawean
Bila kita membaca media di Jawa Timur, maka kita akan membaca ormas besar Nahdlatul Ulama (NU) menjelang Pilgub sudah terkontaminasi oleh politik praktis. Semua elemen di NU sudah melakukan sikap dukung mendukung kandidat, sesuai kecocokan pribadinya masing-masing.
Belum pupus sudah kekalahan KH. Hasyim Muzadi waktu mencalonkan Cawapres dengan Capres Megawati Sukarno Puteri, yang dimenangkan oleh SBY-JK.
Ternyata NU di Jawa Timur kembali menguji nyali dengan dicalonkannya KH. Drs. Ali Maschan Moesa MSi. (Ketua PWNU Jawa Timur). Gimana kalau kalah lagi?
Sudah seharusnya Pengurus NU kembali kepada ketujuan pokok pendirian Nahdlatul Ulama, dengan mengedepankan khittoh 1926. Sesuai hasil Muktamar di Sitobundo Tahun 1984.
Pengurus NU mulai dari tingkatan Ranting, MWC, PC, PW bahkan PBNU bila kita telaah sekarang , sebagian besar mereka sudah terkontaminasi oleh politik praktis. Mereka sudah berani mendukung si A sebagai calon terbaik. Padahal menurut sebagian dari mereka si B yang terbaik.
Dengan sikap NU seperti demikian, yang bingung adalah ummat. Ummatnya harus mendukung siapa?
Kalau ummat di salah satu wilayah di Jawa Timur, mungkin akan lebih ikut ke Kyai karena kultur disana lebih mengedepankan, apa kata kyai. Tapi bagi ummat di perkotaan ataupun daerah lain yang lebih dewasa berpolitik, mungkin mereka bingung. Siapakah yang akan dipilih?
Bagi kami, KH Drs Ali Maschan Moesa MSi yang pas dan layak di jadikan kader NU untuk pengganti KH. Hasyim Muzadi di PBNU. Karena menurut kami, KH Drs Ali Maschan Moesa MSi adalah sosok pemimpin yang memiliki intelektual tinggi dan berkharisma tinggi.
Salam Demokrasi.
(Mr. Gerbang Bawean : Mantan Pengurus PW IPNU Jawa Timur)
No comments:
Post a Comment