Republika
Kamis, 21 Februari 2008
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sudah mengingatkan, perairan nusantara dalam pekan-pekan ini masih akan bergejolak. Tapi, pihak Administrasi Pelabuhan (Adpel) Gresik, Jawa Timur, tetap memaksa KM Mekar Harapanku yang bermuatan ratusan nyawa berlayar menuju Pulau Bawean. Kapal itu pun dipukul ombak.
Kamis, 21 Februari 2008
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sudah mengingatkan, perairan nusantara dalam pekan-pekan ini masih akan bergejolak. Tapi, pihak Administrasi Pelabuhan (Adpel) Gresik, Jawa Timur, tetap memaksa KM Mekar Harapanku yang bermuatan ratusan nyawa berlayar menuju Pulau Bawean. Kapal itu pun dipukul ombak.
Baru berlayar 20 mil laut dari Pelabuhan Gresik, pukul 15.30 WIB kemarin, kapal dihadang ombak setinggi tiga setengah meter. Kapal pun balik kanan menuju Pelabuhan Gresik. Tadi malam, sekitar pukul 18.30 WIB, kapal sudah merapat di Pelabuhan Gresik dalam kondisi kemasukan air, dan penumpang yang shock.
''Alhamdulillah sudah balik,'' kata Abdurrohim, penumpang yang ditemui di Pelabuhan Gresik. Di tengah laut, kata dia, kapal tak bisa berbuat apa-apa menghadapi ombak besar. Apalagi, selain sarat penumpang, kapal itu juga sarat muatan bahan kebutuhan pokok. Maklum, sudah tiga pekan tak ada kapal yang menuju Bawean.
Anggota DPRD Gresik asal daerah pemilihan Bawean, Syakir Djamhuri, naik pitam mendengar adanya pemaksaan berlayar itu. Apalagi, kapal hampir saja celaka. ''Orang Bawean bukan kelinci percobaan. Kondisi cuaca di laut masih sangat membahayakan untuk kapal kecil. Kenapa Adpel memaksa berangkat?'' katanya, kemarin.
Pukul 13.30, dua jam sebelum kapal dihajar ombak, Republika menghubungi salah seorang penumpang, Anshori. Dari balik telepon seluler, dia mengatakan laut bergejolak. Tapi, nakhoda, kata dia, akan mencoba melewati gelombang setinggi tiga setengah meter di kawasan Nyamukan, perbatasan Surabaya-Gresik.
''Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Kapten kapal akan mencobanya. Tapi, air sudah mulai masuk kapal. Penumpang mulai panik. Yang tertidur mulai bangun,'' kata Anshori, was-was. Menurut BMG Maritim Surabaya, cuaca di laut belum normal. Gulungan ombak besar masih mungkin terjadi. Di perairan Kangean dan Masalembo tempat KM Tampomas II dulu tenggelam-- tinggi gelombang 2,5-3,5 meter. ''Hanya kapal-kapal tertentu yang mampu lewat,'' kata Sumaryo, koordinator Olah Data BMG Maritim Surabaya, kemarin.
Tapi, pihak Adpel Gresik berkilah informasi pemberangkatan kapal berdasar data BMG yang menyebut cuaca sudah normal. ''Ketinggian ombak 1,5 meter,'' kata Suratno, kepala seksi Penjagaan dan Keselamatan Adpel Gresik. ''Gelombang tinggi kan di Masalembo dan Kangean, bukan yang menuju Bawean,'' kilahnya.
Ombak besar memang membuat Bawean terisolasi selama tiga pekan. Karena kapal tak berangkat, kebutuhan pokok pun menipis dan harganya melambung. Sebutir telur dijual Rp 2.000, bensin Rp 6.000-Rp 15 ribu per liter, ayam potong Rp 40 ribu per kilogram, dan cabai rawit Rp 1.500-Rp 2.000 per lima buah.
Di Pelabuhan Gresik, berbagai bahan kebutuhan pokok yang mestinya dikirim ke Bawean, terpaksa dibuang ke laut. Dua hari lalu, puluhan sak sayuran mengapung di sela-sela kapal yang bersandar di Pelabuhan Gresik. ''Sayuran itu busuk karena sudah lama tidak diberangkatkan,'' tutur Jatim, portir atau kuli angkut.
Bukan hanya kebutuhan pokok yang bikin resah sebagian warga Bawean yang harus segera menyeberang ke Gresik. Ada pula 40-an turis yang telah tiga pekan tertahan di sana, dengan visa yang rata-rata hampir habis. ''Kita terancam dideportasi. Sebentar lagi visa kita mati,'' kata Alifa Rahman, warga Australia, kemarin.
Sekitar 600 warga Bawean yang ada di Gresik pun bingung, karena tak kunjung bisa pulang. Sebelumnya, mereka menginap di KM Mekar Harapanku, sebelum kapal itu dipaksa berangkat. ''Mau tidur di penginapan tidak punya uang lagi. Terpaksa bersama anak dan istri saya tidur di kapal,'' kata Juli (30) saat ditemui KM Mekar Harapanku.
Desakan untuk menembus isolasi ombak itu, sudah disampaikan berbagai pihak. Wakil Sekretaris NU Cabang Bawean, Mohammad Yusuf, mengaku telah mengirim surat kepada Bupati Gresik dan Gubernur Jawa Timur. ''Kalau menunggu ombak tenang, apa laparnya perut orang Bawean bisa ditunda,'' kata Yusuf kepada Republika.
Sebelumnya, dalam hearing di DPRD Gresik, sepekan sebelumnya, dewan sudah merekomendasikan pemerintah meminjam atau menyewa kapal perang milik TNI AL. Tapi, ''Lho, ini kok malah memaksakan kapal kecil diberangkatkan. Buktinya, di tengah perjalanan kembali kan,'' kata Syakir dengan geram.
Syakir mengatakan DPRD terus berkoordinasi dengan Wakil Bupati Gresik agar menyewa kapal perang. ''Tidak bisa ditunda lagi,'' katanya. Tak seperti warga Bawean yang masih terkatung-katung, warga Karimunjawa sudah bisa menarik napas lega. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah menggunakan KRI Sampit untuk bisa mengakses kepulauan yang berjarak 45 mil laut dari Jepara itu. Karimunjawa didiami sembilan ribu jiwa, dan terisolasi ombak yang mencapai lima meter.
Selasa (19/2) sore, kapal itu berangkat membawa 10 ton beras, ratusan karton mi instan, makanan pendamping ASI, 45 drum BBM, dan 118 warga Karimunjawa yang dua pekan tertahan di Jepara. Kemarin, kapal itu sudah merapat di Pelabuhan Dewandaru, Karimunjawa Besar. uki/owo
No comments:
Post a Comment