Tersangka Reklamasi Keluar Rutan
PN Gresik Tetapkan Status Tahanan Kota
GRESIK - Pengadilan Negeri (PN) Gresik membebaskan para tersangka kasus dugaan korupsi proyek reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, dari Rumah Tahanan Cerme. Mereka kini dinyatakan sebagai tahanan kota.
Para tersangka itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi (LHPE) Soemarsono, Kasubdin Kelistrikan LHPE Zaenal Arifin, Direktur CV Kebangkitan Bangsa Buang Idang Guntur, dan Direktur CV Daun Jaya Shibuddin. Mereka ditahan di Rutan Cerme sejak 4 Maret lalu. Itu berarti 20 hari mereka mendekam di tahanan.
Terhitung sejak kemarin, status para tersangka beralih dari tahanan rutan menjadi tahanan kota. Penetapan pengalihan penahanan bernomor 165, 166, 167, 169/Pen.Pid/2008/PN.GS tertanggal 24 Maret 2008 itu ditandatangani majelis hakim PN Gresik. Yaitu, ketua majelis Eddy Kir Byantoro dan dua anggota, Moch. Hasyim dan Joedi Prayitno.
Penetapan nomor 165 untuk tersangka Soemarsono, 166 untuk Zaenal Abidin, nomor 167 untuk Buang Idang Guntur, dan 169 untuk Sihabuddin. Sedangkan, nomor 168 untuk tersangka Siti Kuntjarni, yang sejak 4 Maret 2008 sudah menjalani tahanan kota.
Dengan pengalihan tahanan dari rutan ke kota, majelis hakim menarik keputusan sebelumnya yang berisi penetapan memperpanjang penahanan para tersangka hingga 16 April 2008. Keputusan memperpanjang masa tahanan itu dikeluarkan pada 19 Maret 2008, setelah PN memutuskan membentuk satu tim majelis hakim.
Apa alasan pengalihan penahanan tersangka? Ketua Pengadilan Negeri (PN) Gresik Sudiwardono belum dapat dikonfirmasi. Begitu juga tiga majelis hakim kasus korupsi reklamasi. Berkali-kali dikontak, telepon selulernya tak diangkat.
Sebelumnya, Ketua PN Gresik Sudiwardono menyatakan tidak akan menerima konfirmasi melalui telepon. "Kalau Anda konfirmasi telepon pada siang, apalagi malam, tidak akan saya angkat," tegas pejabat negara yang juga mantan ketua PN Madiun itu.
Kuasa hukum Soemarsono Darmadi menjelaskan, penangguhan penahanan kliennya dilakukan atas jaminan keluarga. "Pengalihan jenis penahanan ini sah-sah saja," kata Darmadi ketika dikonfirmasi melalui selulernya.
Hingga berita ini ditulis pukul 19.30, keempat tersangka masih berada di rutan. Dua mobil siap menjemput mereka sejak pukul 16.00. Karena wartawan terus menyanggong, keempat tersangka belum keluar dari ruang tempat besuk di belakang pintu pengeledahan utama (PPU) Rutan Cerme di Desa Banjarsari, Kecamatan Cerme.
Kemarin pagi mereka juga sempat mengikuti kegiatan Maulid Nabi di rutan. Tapi, mereka terus mengumpet di tengah-tengah warga binaan rutan lain. Bahkan, Soemarsono terus tertunduk dan bersembunyi di balik punggung tahanan lain. (yad/roz)
=========================================================================
Kamis, 20 Mar 2008
Diperpanjang, Masa Penahanan Tersangka
GRESIK - Pupus sudah harapan lima tersangka kasus dugaan korupsi proyek reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, untuk bisa segera menghirup udara bebas. Pengadilan Negeri (PN) Gresik kemarin (19/3) memutuskan tetap menahan mereka hingga 16 April 2008.
Perpanjangan penahanan itu ditetapkan setelah Ketua PN Sudiwardono membentuk majelis hakim kasus proyek dari APBD 2003 Rp 1,2 miliar itu. Majelis hakim terdiri atas Ketua Eddy Kir Byantoro dengan dua anggota, Moch. Hasyim dan Joedi Prayitno. Mereka akan menyidangkan kasus tersebut mulai 27 Maret mendatang.
Menurut informasi yang diperoleh Jawa Pos, sidang kasus itu akan berlangsung maraton. Sebab, kasus tersebut dibagi menjadi lima berkas sesuai dengan jumlah tersangkanya. Yaitu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi (LHPE) Soemarsono, Kasubdin Kelistrikan LHPE Zaenal Arifin, Direktur CV Kebangkitan Bangsa Buang Idang, Direktur CV Daun Jaya Sihabuddin, dan Mantan Kabag Tata Usaha LHPE Siti Kuntjari.
"Setiap hari sidang, tiap-tiap berkas akan disidangkan sendiri-sendiri," kata sumber Jawa Pos di PN Gresik. Namun, Sudiwardono belum bersedia menjelaskan mekanisme sidang itu.
Terpisah, Darmadi, kuasa hukum Soemarsono, ketika dikonfirmasi Jawa Pos mengaku belum mendapatkan penetapan perpanjangan masa tahanan Soemarsono.(yad/roz)
==========================================================================
Rabu, 19 Mar 2008
Nasib Tersangka Kasus Reklamasi di Tangan Hakim
GRESIK - Nasib lima tahanan tersangka kasus dugaan korupsi proyek reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, berpindah ke tangan hakim. Berkas kasus proyek senilai Rp 1,2 miliar itu kemarin dilimpahkan penyidik Kejari Gresik ke Pengadilan Negeri Gresik dan segera disidangkan.
Ketua Tim Penyidik Kejaksaan Negeri Gresik Rustiningsih menyerahkan berkas tersebut kepada Panitera Muda Pidana PN Gresik Judi Rusianto. Lima perkara korupsi itu dicatat dalam nomor urut perkara 165-169/ Pid.B/2008/PN GS.
Berkas tersebut merupakan berkas tersangka Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi (LHPE) Soemarsono; Kasubdin Kelistrikan LHPE Zaenal Arifin; Direktur CV Kebangkitan Bangsa Buang Idang Guntur; dan Direktur CV Daun Jaya Sihabuddin. Mereka kini ditahan di Rumah Tahanan Cerme. Masa penahanan kelima tersangka akan habis 23 Maret 2008. Hanya tersangka mantan Kabag Tata Usaha LHPE Siti Kuntjari yang berstatus tahanan rumah.
Akankah penahanan mereka ditangguhkan begitu kasus ini berada di tangan hakim? Kepala PN Gresik Sudiwardono mengatakan masih akan membentuk majelis hakim. "Saya tidak bisa memutuskan (ditangguhkan atau tidak, Red). Sebab, majelis hakim belum terbentuk," ujarnya.
Menurut Sudiwardono, majelis hakim akan memutuskan kelima tersangka tetap ditahan atau dialihkan menjadi tahanan kota. "Mereka (majelis hakim, Red) yang bertanggung jawab. Pasalnya, hakim itu independen. Bukan kepala PN yang memutuskan," elaknya. (yad/roz)
==========================================================================
Sabtu, 15 Mar 2008
Menjenguk Para Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Reklamasi
di Rutan Cerme (2)
Sihabuddin Puasa Daud, Buang Gemar Membaca
Hidup di tahanan memang hal baru bagi para tersangka kasus dugaan korupsi reklamasi Pantai Sangkapura. Mereka punya kiat masing-masing untuk beradaptasi maupun mengisi waktu di Rutan Cerme.
CHUSNUL CAHYADI, Gresik
---
WAJAH Sihabuddin terlihat lebih segar. Direktur CV Daun Jayaitu kini jadi satu di antara 270 penghuni Rutan Cerme. Namun, ada yang berbeda pada dirinya jika dibandingkan dengan tahanan maupun narapidana lain. Sihabuddin rajin beribadah.
Penghuni lain melihat dia selalu rajin salat lima waktu, salat malam, maupun berpuasa Senin dan Kamis.Sihabuddin menyatakan, semua kebiasaan tersebut bukan hal baru. Sejak sebelum ditahan, aktivitas ibadah itu jadi kebiasaan.
Namun, ada juga kebiasaan baru dia, yakni berpuasa ala Nabi Daud. Sehari berpuasa, sehari tidak. Ibadah tersebut baru dilakukan sekitardua pekan, tepatnya sejak Sihabuddin masuk ke Rutan Cerme sebagai tahanan Kejaksaan Negeri Gresik.
"Lihat! Badannya lebih segar. Perutnya tidak membuncit," seloroh Kadin Lingkungan Hidup Soemarsono, yang duduk di sampingkiri Sihabuddin di ruang besuk rutan Kamis (13/3). Sihabuddin hanya tersenyum sambil memegangi perutnya.
Sihabuddin, Soemarsono, Buang Idang Guntur, dan Zaenal Arifin ditahan terkait kasus yang sama. Mereka diduga terlibat kasus dugaan korupsi proyek reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, senilai Rp 1,2 miliar dari APBD Gresik Tahun 2003.Sihabuddin dan Buang Idang Guntur juga suka membaca. Di dalam rutan, mereka menghabiskanwaktu untuk membaca. Keluarga pun mengirimi Sihabuddin majalah. "Kan di sini tidak banyak pekerjaan. Mending buat membaca," ujarnya.
Hanya, Buang Idang Guntur menyukai berita-berita olahraga, terutama dari koran. Buang memang dikenal sebagai salah seorang pengurus organisasi olahraga. Meski gaya bicaranya terkadang meledak-ledak, Buang dikenal sangat ramah pada kolega dan keluarganya. "Sebentarlah. Jangan buru-buru pulang," katanya ketika rombongan penjenguk berpamitan karena petugas rutan memperingatkan besuk 60 menit habis.
Di dalam rutan, Buang juga menjaga kondisi kesehatannya dengan pola makan yang selektif. Sebab, seperti kata penasihat hukumnya, dia punya penyakit diabetes dan darah tinggi. Apalagi di Rutan Cerme belum ada dokter khusus. (roz-habis)
==========================================================================
Jumat, 14 Mar 2008
Menjenguk Para Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Reklamasi
di Rutan Cerme (1)
Soemarsono Merasa Lebih Gemuk
Hampir dua pekan sudah para tersangka korupsi reklamasi menjalani hidup di Rumah Tahanan (Rutan) Cerme. Bagaimana kondisi dan aktivitas mereka selama di tahanan?
CHUSNUL CAHYADI, Gresik
Soemarsono duduk di sofa berbentuk huruf L di ruang besuk Rumah Tahanan (Rutan) Gresik. Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi (LHPE) Gresik tersenyum ramah. Di ruang tersebut, ada Direktur CV Daun Jaya Sihabuddin, Direktur CV Kebangkitan Bangsa Buang Idang Guntur, dan Kasubdin Kelistrikan LHPE Zaenal Arifin.
Mereka adalah tahanan Kejaksaan Negeri Gresik untuk kasus yang sama. Yaitu, dugaan korupsi dalam penggarapan proyek reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, senilai Rp 1,2 miliar dari APBD Gresik 2003. Di ruang berukuran 4 x 5 meter itu, keempatnya mengenakan baju biru bertulisan Warga Binaan Pemasyarakatan Rutan Gresik, sama seperti penghuni lain. "Hampir setiap pagi, istri saya menyempatkan membesuk meski sebentar. Soalnya, dia harus kerja lagi," ujar Soemarsono.
Sejak 4 Maret 2008, kesibukan Soemarsono memang tidak lagi menangani urusan dinas sebagai seorang pejabat teras di Pemkab Gresik. Pria yang ramah dan murah senyum tersebut lebih sering menerima tamu. Kebanyakan di antara mereka adalah kerabat. Dua hari belakangan, pembesuk terus mengalir.
Sejak jam besuk dibuka pada pukul 08.30, istri-istri mereka datang. "Biasanya, mereka besuk setelah kami bersih-bersih, mandi, dan makan pagi," tambahnya.
Selain istri, Soemarsono dikunjungi oleh mantan kepala Dinas Tenaga Kerja Basuki Moerachman. Ada pula Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Tugas Husni Syarwanto, Kepala Pasar dan PKL Saputra, serta Kepala Kependudukan Gresik Sutarto. Tujuan mereka sama, yakni memberikan dukungan moral. "Ya, biar mereka tetap bersemangat dan tidak putus asa," tutur Basuki.
Sebagai seorang pejabat Pemkab Gresik, hidup dalam rutan tak membuat Soemarsono murung. Dia tetap selalu tersenyum setiap menemui tamu. Jabat tangannya begitu erat. Beban psikologi yang pernah dialaminya ketika awal masuk pada 4 Maret 2008 mulai hilang. "Ya, kami jalani saja," ucapnya sambil tergelak.
Tercatat, ada 270 orang penghuni Rutan Cerme. Mereka mulai melakukan kegiatan pada pukul 06.00. Yakni, membersihkan lingkungan blok masing-masing. Soemarsono, Zaenal Arifin, Buang, dan Sihabuddin menempati blok D bersama tahanan kasus judi dan pencurian. Mereka tidur beralas matras tanpa AC, televisi, atau perlengkapan lain.
Hari pertama mereka ditahan pada 4 Maret lalu, petugas Rutan Cerme pernah mendengar suara sesenggukan dari blok itu. Tapi, suara tersebut kini tidak terdengar lagi.
Soemarsono mengatakan punya kebiasaan beda yang dilakukannya selama di rutan. Misalnya, lebih sering melakukan salat malam. Setelah salat subuh, dia mengikuti senam bersama di dalam blok. Lalu, dia mandi dan sarapan. Di rutan tersebut, salat berjamaah hanya maghrib dan isya.
Kebiasaan lain adalah pola makan. Biasanya, tutur Soemarsono, dirinya makan hanya dua kali sehari, yaitu saat berangkat dan pulang kerja. Tapi, selama di rutan, dia makan tiga kali sehari, yakni sarapan, makan siang, dan makan malam. "Jadi, badan saya agak lebih gemuk, ya," tambah dia, lagi-lagi sambil tertawa. (bersambung)
==========================================================================
Senin, 10 Mar 2008
Korban Bakal Direlokasi
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Gresik berencana merelokasi ratusan rumah warga korban bencana tanah longsor di Pulau Bawean. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Tugas Husni Syarwanto mengatakan, relokasi dianggap sebagai solusi paling masuk akal untuk menyelamatkan ratusan warga Desa Promaan, Kecamatan Tambak, dan Desa Balikterus, Kecamatan Sangkapura, lokasi musibah tanah longsor.
"Lokasi sekitar bencana masih rawan longsor susulan. Apalagi, hutan di sekitarnya sudah gundul dan sebagian tanah terus bergerak," ujar Tugas.
Menurut dia, kalau warga nekat membangun kembali rumah di lokasi yang sama, mereka tetap rawan menjadi korban longsor. Karena itu, mereka akan direlokasi ke lokasi baru. Salah satu di antaranya, tanah negara yang terdekat dengan lokasi, tapi aman. (wko/roz)
=========================================================================
Senin, 10 Mar 2008
Kerugian Capai Rp 5 Miliar
Akibat Tanah Longsor Bawean
GRESIK - Bencana tanah longsor di kawasan perbukitan Danau Kastoba, Kecamatan Tambak, dan Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, sejak Jumat (7/3) lalu mengakibatkan penderitaan korban dan kerugian material cukup besar. Tercatat, ratusan kepala keluarga (KK) diungsikan. Kerugian material mencapai Rp 5 miliar.
Hingga kemarin (9/3), warga sekitar masih takut kembali ke rumah masing-masing. Meski tidak lagi turun hujan, mereka trauma. Sebab, tanah perbukitan yang telah gundul di sekitar desa mengeluarkan suara gemeretak.
Miswan, 40, warga Dusun Candi, Desa Paromaan, memilih mengungsikan keluarganya ke rumah famili di Desa Telukjatidawang, Kecamatan Tambak. "Kami harus hati-hati karena tanah di sini seperti bergerak," kata Miswan. Mereka teringat ketika hujan deras turun beberapa jam. Kemudian, air yang bercampur tanah meluncur dari atas bukit menimpa perkampungan.
Kapolsek Tambak AKP Mulyono menambahkan, tanah di perbukitan kawasan danau tersebut memang terus mengeluarkan suara gemeretak. Kondisi itu mengancam keselamatan warga yang tinggal di bawahnya. "Daripada celaka, lebih baik pindah di lokasi yang lebih aman," terang Mulyono.
Camat Tambak Sofyan mengatakan, korban tanah longsor terus bertambah. Hingga kemarin, seratus KK atau sekitar 500 jiwa korban tanah longsor ditampung di rumah keluarga yang aman. Yang tidak punya kerabat, tambah Sofyan, ditempatkan di rumah-rumah penduduk.
Selain penderitaan warga, Sofyan mencatat sejumlah kerugian karena kerusakan infrastruktur. Jembatan penghubung Desa Paromaan, Kecamatan Tambak, dengan Desa Balikterus, Kecamatan Sangkapura, masih dibiarkan terputus. Akses kendaraan pun lumpuh.
Kerugian lain berupa rumah roboh dan barang-barang maupun ternak hanyut. "Perhitungan sementara, kerugian materi mencapai Rp 5,1 miliar," terang Sofyan ketika dihubungi Jawa Pos melalui ponselnya kemarin. Dia bersyukur karena tidak ada korban jiwa.
Korban tanah longsor mulai mengalami gangguan kesehatan. Di Puskesmas Sangkapura, ada 45 pasien korban tanah longsor yang telah menjalani pemeriksaan kesehatan. "Rata-rata pasien menderita trauma, pegal-pegal, dan kepala pusing,"ujar dr Faizah di Puskesmas Sangkapura.
Bantuan untuk korban mulai mengalir Sabtu (8/3) lalu. Bantuan itu berupa seratus dus mi instan dari komunitas Pemuda Bawean Gresik (PBG). Bantuan mi tersebut diangkut dengan Kapal Ekspress Bahari 8B. "Kami akan terus menggalang bantuan dari masyarakat Bawean di Gresik dan sekitarnya," ujar Ketua PBG Daifi.(yad/roz)
=========================================================================
Sabtu, 08 Mar 2008
Bawean Longsor, 75 Rumah Rusak
GRESIK - Bencana tanah longsor melanda dua desa di Kecamatan Tambak, Pulau Bawean,dua hari terakhir. Sedikitnya 75 rumah rusak dan sejumlah rumah ibadah rusak. Lima rumah nyaris hancur tertimbun tanah. Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.
Kerusakan terparah dialami warga Dusun Candi, Desa Paromaan, Kecamatan Tambak. Total rumah yang rusak 43 unit. Selain merusak rumah, bencana tanah longsor yang terjadi dua kali pada Kamis (6/3) pukul 07.00 dan 16.00 itu mengakibatkan jembatan penghubung Desa Paromaan, Kecamatan Tambak, dengan Desa Balikterus, Kecamatan Sangkapura, terputus sepanjang 20 meter. Di Kecamatan Sangkapura, tepatnya Desa Balikterus, 32 rumah rusak.
Camat Tambak Sofyan mengatakan belum bisa menaksir kerugian akibat tanah longsor itu. "Kami sedang menghitung," ujar Sofyan ketika dihubungi Jawa Pos melalui selulernya kemarin (7/3). "Untungnya, tidak ada korban jiwa," tambahnya.
Menurut Sofyan, hujan deras selama 3 jam pada Kamis mulai pukul 03.00 mengakibatkan pegunungan di dekat Danau Kastoba longsor. Air bercampur tanah tiba-tiba menggelontor rumah hutan dekat danau. Diduga, longsor terjadi karena maraknya penebangan pohon liar di area dekat danau tersebut. "Kami tidak mengira bisa separah ini," kata Ketua Pemuda Bawean Gresik (PBG) Daifi.
Saat ini lokasi tanah longsor di-police line. "Kondisi tanahnya masih labil. Dengan demikian, dikhawatirkan, terjadi longsor susulan," ungkap Kapolsek Tambak AKP Mulyono.
Kepala Bagian Humas Pemkab Gresik Mighfar Syukur mengatakan, Satkorlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsian (PBP) Pemkab Gresik sudah mendata korban bencana tanah longsor. "Lima rumah yang tertimbun tanah longsor, atas usul camat (Sofyan, Camat Tambak, Red), direlokasi," jelas Mighfar kemarin.
Sementara itu, banjir karena meluapnya Kali Lamong kemarin (7/3) surut. Namun, banjir kiriman yang sempat menggenangi 1.115 unit rumah, 425 hektare sawah, dan 11 kilometer jalan desa di sembilan desa di kecamatan Benjeng masih menyisakan persoalan. Jalan Raya Benjeng-Balongpanggang, tepatnya di Dusun Ngablak, Desa Kedungrukem, belum bisa dilewati kendaraan roda empat.
Sebab, lubang selebar 2 meter dengan kedalaman 1,5 meter belum diperbaiki. Jalan tersebut dirusak warga untuk mengurangi genangan air yang mengurung 331 unit rumah warga Desa Kedungrukem.
"Sudah kami konsultasikan kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Hari ini (kemarin) rencananya sementara akan ditutup dengan pelat baja," terang Camat Benjeng Suryo Wibowo. "Yang terpenting, kendaraan roda empat bisa melintas dulu," tandas Wibowo. Hingga kemarin pukul 16.00, pelat baja untuk menormalisasi jalur Benjeng-Balongpanggang belum datang. (yad/roz)
==========================================================================
Sabtu, 08 Mar 2008
15 Jaksa Kebut Dakwaan
GRESIK - Kejaksaan Negeri (Kejari) Gresik siap bekerja ekstrakeras agar kasus dugaan korupsi reklamasi Pantai Sangkapura, Bawean, segera meluncur ke pengadilan. Rencana dakwaan (rendak) kasus dana APBD senilai Rp 1,2 miliar itu dikebut.
Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Gresik Rustiningsih menyatakan, tim jaksa sudah mulai menyusun rendak kelima tersangka. "Pokoknya, kami ingin secepatnya selesai. Bila selesai, langsung kami kirim ke pengadilan," kata Rustiningsih yang juga ketua tim jaksa kasus reklamasi Pantai Sangkapura itu.
Penyusunan rendak tersebut melibatkan 15 jaksa dalam lima tim. Jumlah tim disesusaikan dengan pemisahan lima tersangka ke dalam lima berkas. Setiap tersangka akan ditangani tiga jaksa. Seorang jaksa bertindak sebagai ketua tim dan dua lainnya membantu memeriksa.
Para tersangka itu ialah Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi (LHPE) Soemarsono; Kasubdin Pertambangan dan Energi Zaenal Arifin; mantan Kabag TU LHPE kini Sekretaris Bawasda Siti Kuntjarni Hariyani; Direktur CV Kebangkitan Bangsa Buang Idang Guntur; dan Direktur CV Daun Jaya Sihabudin.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Gresik berencana memberikan bantuan hukum buat Soemarsono dan Zaenal Arifin. "Tapi, siapa pengacara yang akan mendampingi mereka belum diputuskan," kata Asisten I Bidang Tata Praja Arsadi. (yad/roz)
==========================================================================
Jumat, 07 Mar 2008
Kejati Isyaratkan Tolak Penangguhan
GRESIK - Sulit terkabul, harapan para tersangka kasus dugaan korupsi reklamasi Pantai Sangkapura untuk mendapat pengalihan maupun penangguhan penahanan. Kejaksaan Tinggi Jatim mengeluarkan sinyal negatif atas permohonan Pemkab Gresik maupun penasihat hukum para tersangka.
Asisten Pidana Khusus (Aspidsus) Kejati Jatim Hartadi menyatakan, permohonan penangguhan maupun pengalihan tahanan merupakan hak para tersangka. Namun, jaksa tidak ingin mengambil risiko dalam kasus korupsi senilai Rp 1,2 juta miliar tersebut. "Permohonan boleh-boleh saja. Disetujui atau tidak, itu bergantung jaksa," katanya.
Dalam perkara tersebut, tegas Hartadi, tindakan jaksa menahan para tersangka sudah tepat dan sesuai ketentuan. Ancaman hukuman para tersangka di atas lima tahun. Selain itu, jaksa khawatir mereka melarikan diri, mengulangi perbuatan, atau menghilangkan barang bukti. Penahanan mempermudah proses hukum sehingga mereka cepat diajukan ke persidangan. "Dasar menahan sudah tepat," imbuh Hartadi.
Hingga kemarin, Hartadi menyatakan belum menerima pengajuan permohonan. Dia berjanji akan meneliti permohonan Pemkab Gresik untuk Soemarsono dan Zaenal Arifin. Juga, permohonan penasihat hukum Buang Idang Guntur dan Sihabuddin.
Meski Hartadi belum secara lugas menyatakan menolak, Jawa Pos mendapatkan informasi bahwa Kejati bakal sulit mengabulkan permohonan itu. Sebab, instruksi menahan para tersangka justru sebenarnya berasal dari Kejati. Jadi, kecil kemungkinan Kejati mengabulkan permohonan tersebut. "Kejaksaan tidak ingin perkara ini berlarut-larut seperti waktu penyidikan," ujar sumber Jawa Pos di Kejati.
Ditanya soal itu, Hartadi hanya tersenyum. Menurut dia, alasan tenaga tersangka masih dibutuhkan di kantor atau sakit bukan pertimbangan mutlak untuk mengabulkan permohonan. Karena itu, jaksa akan sangat berhati-hati mempertimbangkannya. "Harus dilihat secara teliti dan tidak boleh gegabah.
"Perkara dugaan korupsi reklamasi tersebut memang berlarut-larut. Bagaimana tidak, kasus itu disidik sejak 2005. Baru akhir Februari 2008, BAP dinyatakan sempurna. Setelah BAP, kasus tersebut empat kali bolak-balik ke polisi dan jaksa. Selama penyidikan itu, para tersangka tidak ditahan. Hal itulah yang menjadi salah satu pertimbangan jaksa menahan tersangka.
Sementara itu, di Rutan Cerme, Soemarsono, Zaenal Arifin, Buang Idang Guntur, dan Sihabudin mulai bertemu keluarga maupun kerabatnya. Sekitar pukul 09.00, Soemarsono dan Zaenal Arifin dibesuk rekan-rekannya. Soemarsono tampak tersenyum. "Ya, begini ini kondisi saya," kata Soemarsono.
Mereka mengenakan baju tahanan biru di bagianpunggung bertulisan Warga Binaan Rutan Gresik. Selama 1,5 jam, Soemarsono dan Zaenal bertemu rekan kerja. Di antaranya, Kasubdin Pengendalian Dampak Lingkungan Adiana Setiawati.
Seperti diberitakan, pada Selasa (4/3) Kejaksaan Negeri Gresik menahan lima tersangka kasus dugaan korupsi proyek reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, senilai Rp 1,2 miliar. (may/yad/roz)
==========================================================================
Kamis, 06 Mar 2008
Langsung Minta Penangguhan
Petugas Lapas Dengar Sesenggukan dari Sel
GRESIK - Satu malam empat tersangka kasus dugaan korupsi reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, disel, permohonan pengalihan dan penangguhan penahanan langsung berdatangan ke Kejari Gresik. Para tersangka diharapkan bisa keluar dari Rutan Cerme dengan alasan tenaganya dibutuhkan, atau sedang sakit.
Kemarin Asisten I Bidang Tata Praja Pemkab Gresik Arsadi berencana menemui Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Gresik Pathorrahman. Namun, Kajari masih sibuk memimpin rapat sehingga Arsadi diterima ketua tim jaksa kasus reklamasi Rustiningsih. Tujuan Arsadi, meminta pengalihan penahanan untuk tersangka Soemarsono dan Zaenal Arifin menjadi tahanan kota.
"Surat permohonan dari pemerintah kabupaten sudah kami berikan. Apakah permohonan pengalihan tahanan diterima atau tidak, itu kewenangan Kajari," kata Arsadi di depan pintu masuk ruang Kajari.
Permohonan pengalihan tahanan atau penangguhan penahanan juga dilakukan penasihat hukum dua tersangka lain, Sihabudin dan Buang Idang Guntur. Syaifuddin, penasihat hukum Buang, mengatakan bahwa istri Buang, Khairiyah, siap menjadi jaminan suaminya.
"Sedang kami upayakan penangguhan. Kalau tidak bisa, ya pengalihan tahanan," ujar Syaifuddin. Dia menambahkan, kliennya mempunyai penyakit kencing manis, darah tinggi, dan kolesterol sehingga memerlukan pengobatan intensif.
Kasi Pidsus Kejari Gresik Rustiningsih enggan menanggapi pertanyaan wartawan terkait upaya kuasa hukum tersangka meminta penangguhan atau pengalihan penahanan. Sedangkan Kajari Gresik Pathorrahman, kata stafnya, sedang rapat. "Bapak masih sibuk. Jadi, belum bisa ditemui," kata seorang stafnya. Telepon selulernya dihubungi juga tidak aktif.
Sementara itu, pada malam pertama berada di Rutan Cerme, Desa Banjarsari, Kecamatan Cerme, tersangka belum terbiasa dengan kondisi rutan. Menurut petugas Rutan Cerme yang ditemui Jawa Pos kemarin pagi, terdengar suara sesenggukan pada Rabu dini hari dari blok D, tempat mereka ditahan. "Rabu dini hari mereka masih terjaga. Kami dengar suara sesenggukan," ujar petugas itu.
Menurut petugas yang minta namanya tidak dikorankan itu, para tersangka juga tampak tidak saling akrab. Mereka seperti baru kenal saat berada di dalam sel. Di sisi lain, tersangka Siti Kuntjarni Hariyani yang berstatus tahanan kota kemarin tidak masuk kerja. Sekretaris Badan Pengawas Kabupaten (Bawaskab) Gresik itu mengaku sedang sakit.
Kepala Rutan Cerme Destry Syam menyatakan tidak ada keistimewaan bagi keempat tersangka itu. "Semua mendapatkan perlakuan yang sama," kata Destry Syam kepada Jawa Pos kemarin. Semua ditetapkan sesuai standar. Tidak terkecuali pejabat yang ingin membesuk.
"Khusus tersangka korupsi yang berstatus titipan kejaksaan, semua pengunjung harus mendapatkan izin tertulis dari Kajari (Pathorrahman, Red)," ujar Destry. (yad/roz)
==========================================================================
Rabu, 05 Mar 2008
Jaksa Tahan 5 Tersangka Reklamasi
Empat Disel, Satu Tahanan Kota
GRESIK - Kejaksaan Negeri Gresik menahan lima tersangka kasus dugaan korupsi proyek reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, Rp 1,2 miliar. Penahanan dilakukan kemarin (4/3) setelah mereka diserahkan dari penyidik Polwiltabes Surabaya ke Kejari Gresik. Empat orang disel dan seorang menjadi tahanan kota.
Sebelum tersangka ditahan, penyidik Unit Tindak Pidana Korupsi (Pidkor) Polwiltabes Surabaya menyerahkan mereka sekitar pukul 14.00 kemarin ke Kejari Gresik. Mereka lantas dibawa ke ruang Kasi Pidsus di kantor kejari. Setelah hampir empat jam memeriksa para tersangka, tim kejaksaan yang diketuai Kasi Pidsus Rustiningsih memutuskan menahan tersangka.
Empat tersangka dititipkan di Rutan Banjarsari, Kecamatan Cerme. Yaitu, Kepala Dinas LHPE Soemarsono, mantan Kasubdin Kelistrikan LHPE Zaenal Arifin, Direktur CV Kebangkitan Bangsa Buang Idang Guntur, serta Direktur CV Daun Jaya Sihabudin. Seorang tersangka lain, mantan Kabag TU LHPE Siti Kuntjarni Hariyani, menjalani tahanan kota.
Soemarsono kali pertama masuk mobil tahanan Kejari Gresik. Kemudian, Buang Idang Guntur. Selanjutnya Zaenal Arifin dan terakhir Sihabudin. Penahanan terhadap tersangka korupsi itu kali pertama di Gresik. Selama ini pejabat yang tersangkut dugaan korupsi selalu tidak ditahan.
Soemarsono mengaku pasrah. "Lebih cepat lebih baik," katanya sebelum menjalani pemeriksaan di Kejari Gresik kemarin. Soemarsono terlihat tanpa beban. Senyum selalu ditebar kepada semua orang, termasuk wartawan. Sebaliknya, dua anak buahnya, Zaenal Arifin dan Siti Kuntjarni, memilih menghindar. Wajah keduanya tampak pucat. Empat jam pemeriksaan, wartawan menghitung 6 kali Zaenal keluar ruang Kasi Pidsus untuk ke toilet.
Kepala Kejaksaan Negeri Pathorrahman enggan komentar tentang penahanan para tersangka. "Lebih baik ke tim saja ya," ujar Pathorrahman ketika ditanya wartawan di belakang kantor kejaksaan.
Kasi Pidsus Rustiningsih mengatakan, Siti Kuntjarni tidak ditahan di sel karena ada jaminan tidak melarikan diri. "Selain itu, dia masih mempunyai anak yang masih membutuhkan bimbingannya," tandas Rustiningsih. "Karena itu, Siti kami tetapkan sebagai tahanan kota," tandasnya.
Empat tersangka lain ditahan di Rutan Banjarsari, Kecamatan Cerme, dengan sejumlah dasar hukum. "Ancaman hukuman di atas 5 tahun. Selain itu, dikhawatirkan melarikan diri, mengulangi perbuatannya, dan menghilangkan barang bukti," tuturnya.
Penahanan terhadap tersangka reklamasi yang dibiayai APBD 2003 senilai Rp 1,2 miliar di luar perhitungan tersangka maupun kuasa hukum mereka. Ketika pinyidik pidana korupsi (pidkor) polwiltabes menyerahkan lima tersangka dan sejumlah barang bukti, seperti dokumen proyek dan uang Rp 10 juta, pada pukul 12.40-14.00, belum tampak tanda-tanda mereka langsung ditahan.
Kasus korupsi reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, mulai disidik polisi pada 2005. Selama penyidikan, tersangka tidak ditahan. BAP kasus itu lebih empat kali dikembalikan kejaksaan. Baru akhir Februari 2008, BAP dinyatakan sempurna. (yad/roz)
==========================================================================
Selasa, 04 Mar 2008
Curi Listrik, 2 Warga Dibekuk
GRESIK - Nekat benar dua warga Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, ini. Mereka mencuri aliran listrik, lantas menyalurkannya ke puluhan rumah warga. Keduanya kemarin (3/3) dibekuk dan diinterogasi di Mapolsek Tambak.
Dua warga itu adalah M. Amin, 35, warga Desa Tanjungoring, dan Hariyanto, 21, warga Desa Kepulegundi, Kecamatan Tambak. Kapolsek Tambak AKP Mulyono mengatakan, penangkapan dua tersangka itu dilakukan oleh polisi bekerja sama dengan staf PLN Bawean.
Operasi tersebut sekaligus membuktikan bahwa kerugian PLN di Bawean Rp 1,2 miliar per tahun selama ini disebabkan oleh pencurian listrik. Modus operandi tersangka berbeda. Amin mencuri setrum dengan menyadap kabel di atas meteran dengan menancapkan paku. "Lalu, listrik disalurkan ke sejumlah rumah warga lain," terang Mulyono.
Hariyanto lebih berani. Dia nekat merusak boks meteran, kemudian memasang kabel agar bisa mengambil daya listrik secara los. "Semula, daya listrik di rumahnya hanya 450 watt," terang Mulyono. Aliran listrik lalu disalurkan ke sekitar 50 rumah warga lain. "Mereka mengaku, masih ada orang lain yang terlibat dan sedang kami kejar," ujarnya. (yad/roz)
==========================================================================
Rabu, 27 Feb 2008
Kisah Dua Penumpang KRI Teluk Sampit 515
yang Nyaris Melahirkan di Atas Kapal
Seorang Operasi Caesar, Seorang Meninggal di KandunganPelayaran 13 jam KRI Teluk Sampit 515 jadi pertaruhan antara hidup dan mati dua perempuan. Penumpang asal Bawean itu tengah hamil tua dan nyaris melahirkan. Mereka harus dirujuk dari Puskesmas Sangkapura, Bawean, ke RS di Gresik.
CHUSNUL CAHYADI, Gresik
Syamsiah, 30, duduk di ranjang ruang Marwah Lantai III Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah Gresik kemarin (26/2). Jarum infus masih menancap di lengan kirinya. Mata ibu satu anak anak itu menerawang jauh. Meski didampingi sepupunya, Syafidi, 35, Syamsiah lebih banyak diam dan tampak memikirkan sesuatu.
"Siti Zubaibah," katanya lirih. "Kamu di mana, Nak," ucap perempuan berambut sebahu itu sambil menggeser tubuhnya. "Ikhlaskan ya. Dia mati sahid," tutur Syafidi. Dia berusaha membesarkan hati Syamsiah, yang masih merasakan duka mendalam. Sebab, anak keduanya, Siti Zubaidah, meninggal dalam kandungan pada pelayaran Gresik-Bawean. Bayi itu diperkirakan meninggal pada Minggu (24/2) saat masih di Bawean.
Meski demikian, Puskesmas Sangkapura, tempat Syamsiah dirawat, tetap merujuk perempuan itu ke Gresik karena peralatan medis di sana belum memadai. Dia pun dirujuk ke RS Muhammadiyah. Dokter kemudian berhasil mengeluarkan orok Siti Zubaidah dari perut ibunya pada Senin pukul 10.00.
Ketika melahirkan anak keduanya dalam kondisi sudah meninggal dunia itu, Syamsiah berjuang sendirian. Suaminya, Misdi, 35, tidak berada di sampingnya karena mengais rezeki di negeri Jiran, Malaysia.
Karena keterbatasan biaya, Misdi berniat menengok istrinya dalam waktu dekat ini. Maklum, Misdi adalah potret TKI di Malaysia yang belum bernasib mujur. Menurut Syamsiah, suaminya belum mendapatkan pekerjaan mapan. "Bekerja di konstruksi bangunan, tapi sering diakali juragan. Tidak jarang bayaran terlambat," kata Syamsiah. Dia pun pernah bersama sang suami di negeri jiran itu.
Namun, Syamsiah akhirnya pulang ke tanah air Januari lalu. Alasan tidak ada biaya bersalin membuatnya berencana melahirkan di Bawean. Tapi, karena cuaca buruk dan persalinan tidak lancar, nasib membawa dia melahirkan di Gresik.
"Misdi sudah saya kabari melalui telepon. Tapi, dia tidak bisa datang," kata Syafidi. Hari itu juga, Senin pukul 16.30, jenazah almarhumah bayi Siti Zubaidah dimakamkan di Pemakaman Umum Sumur Songo, Jl Panglima Sudirman.
Ketua Pemuda Bawean Gresik (PBG) Daifi menjelaskan, semula keluarga menghendaki bayi itu dimakamkan di Kecamatan Kedamean. Di sana ada saudara mereka. "Tapi, karena jarak Kedamean sekitar 15 kilometer dari RS, mereka akhirnya tidak keberatan Siti dimakamkan di Sumur Songo," Daifi.
Mantan wakil kepala SMPN 1 Gresik itu menambahkan, sehari setelah pemakaman, Syamsiah masih sangat kehilangan. Senyum yang selalu mengembang setiap bertemu orang seakan menghilang.
Tidak hanya Syamsiah yang mengalami detik-detik menegangkan selama pelayaran Bawean-Gresik. Di samping kiri Syamsiah, Enawati, 22, masih tergolek lemas. Dia juga baru melahirkan bayi laki-laki melalui operasi caesar. Sebab, bayinya nyungsang dalam kandungan.
"Selama 13 jam perjalanan di laut, bayi seakan terus ingin keluar, tapi tidak bisa," kata Miswi, 45, bapak Enawati yang mendampingi proses persalinan. "Saya sampai tak tega. Untungnya ada dokter (dr Toni Sutiono Hartanto, dokter PTT Puskesmas Sangkapura) yang mendampinginya selama di kapal," tambahnya. Miswi pun akhirnya bisa tersenyum bahagia. Cucu pertamanya lahir dengan selamat. Bayi laki-laki itu lahir dengan berat 3,5 kilogram.
Karena keterbatasan biaya, Amiruddin belum berniat menengok istrinya dalam waktu dekat ini. Maklum, Amiruddin adalah potret TKI di Malaysia yang belum bernasib mujur. Menurut Syamsiah, suaminya belum mendapatkan pekerjaan mapan. "Bekerja di konstruksi bangunan, tapi sering diakali juragan. Tidak jarang bayaran terlambat," kata Syamsiah. Dia pun pernah bersama sang suami di negeri jiran itu.
Namun, Syamsiah akhirnya pulang ke tanah air Januari lalu. Alasan tidak ada biaya bersalin membuatnya berencana melahirkan di Bawean. Tapi, karena cuaca buruk dan persalinan tidak lancar, nasib membawa dia melahirkan di Gresik.(*)
==========================================================================
Selasa, 26 Feb 2008
Dua Tersangka Reklamasi Mangkir
Hendak Diserahkan ke Kejaksaan
GRESIK - Dua warga Bawean yang jadi tersangka kasus dugaan korupsi reklamasi Pantai Sangkapura, Pulau Bawean, mangkir dari panggilan penyidik polisi. Ketika akan dilimpahkan ke kejaksaan, mereka beralasan cuaca buruk sehingga tidak ada kapal dari Pulau Bawean ke Gresik.
Penyidik Polwiltabes Surabaya berencana menyerahkan lima tersangka kasus dugaan korupsi proyek senilai Rp 1,2 miliar itu kemarin (25/2). Anggaran proyek berasal dari APBD Gresik 2003. Kasus tersebut disidik sejak 2005. Berkas para tersangka juga sudah dilimpahkan ke kejaksaan.
Lima tersangka itu ialah Soemarsono (kepala Dinas Lingkungan Hidup/LHPE), Zaenal Arifin (mantan Kasubdin Kelistrikan LHPE), Siti Kuntjarni Hariyani (mantan Kabag TU LHPE). Mereka adalah pejabat Pemkab Gresik yang dinilai terlibat kasus itu. Lalu, Buang Idang Guntur (direktur CV Kebangkitan Bangsa) serta Sihabudin (Direktur CV Daun Jaya). Mereka adalah pelaksana proyek.
Namun, rencana pelimpahan tersangka kemarin itu batal. Gara-garanya, Sihabudin dan Buang Idang Guntur mangkir. Mereka kini berada di Bawean. Mereka mengaku tidak mendapatkan kapal untuk pergi ke Gresik.
Kasatreskrim Polwiltabes Surabaya AKBP Dedy Prasetya ketika dikonfirmasi Jawa Pos mengatakan, penyerahan tersangka urung dilakukan. "Sebab, tersangka belum lengkap," tegas Dedy.
Ketika dikonfirmasi, Sihabudin mengatakan telah menerima surat pemanggilan untuk datang ke Polwiltabes Surabaya (kemarin, Red) "Saya masih di Bawean. Belum ada kapal ke Jawa," ujarnya.
Bukankah pada Sabtu dan Minggu penyeberangan Pulau Bawean dilayani KRI Teluk Sampit milik TNI Angkatan Laut? "Saya tidak tahu kalau ada kapal," kilahnya.(yad/roz)
==========================================================================
Selasa, 26 Feb 2008
Diangkut Kapal, 3 Pasien Selamat
Dari Bawean, Seorang Bayi Meninggal dalam Kandungan
GRESIK - KRI Teluk Sampit benar-benar jadi pahlawan bagi warga Pulau Bawean. Tiga pasien rujukan dari Pulau Bawean selamat tiba di Pelabuhan Gresik dan langsung dirawat di rumah sakit. Sayang, seorang ibu terpaksa kehilangan bayinya yang meninggal dalam kandungan.
KRI Teluk Sampit berangkat dari Pelabuhan Sangkapura, Bawean, pada Minggu (24/2) sore. Kapal yang mengangkut 878 penumpang itu tiba di Pelabuhan Gresik pada Senin (25/2) kemarin pukul 08.30. Di antara ratusan penumpang, ada tiga pasien rujukan dari Puskesmas Sangkapura.
Mereka, di antaranya, adalah Syamsiah, 30, warga Desa Patar Selamat, Sangkapura; dan Himayah, 24, warga Desa Sungai Rujing, Sangkapura. Keduanya hamil tua dan langsung dibawa ke RS Aisyiyah, Gresik. Seorang pasien lagi adalah Matsuna, 57, warga Desa Pudakit, Kecamatan Sangkapura. Dia terkena stroke dan dirujuk ke RS Semen Gresik.
Mereka dirujuk dari Bawean ke Gresik karena fasilitas medis di pulau tersebut terbatas. Selama perjalanan, mereka didampingi dr Tony Sutiyono Hartanto, dokter Puskesmas Sangkapura.
Menurut dr Tony, pasien Syamsiah mengalami perdarahan. Dia memang sudah waktunya melahirkan. Namun, jabang bayi ternyata meninggal dalam kandungan sekitar dua hari lalu. Setelah mendapatkan pertolongan medis, bayi anak Syamsiah tersebut bisa dikeluarkan. Kondisi ibunya membaik.
Sementara itu, pasien Himayah harus menjalani operasi caesar saat melahirkan. "Bayi laki-laki akhirnya lahir dengan selamat," kata dokter yang sudah lima tahun bertugas di Sangkapura tersebut.
Sementara itu, KRI Teluk Sampit yang berkekuatan 115 awak dengan komandan Mayor Laut (P) Edi Eka S. kemarin kembali ke pangkalan TNI-AL di Tanjung Perak. Sejumlah warga Bawean mengharapkan KRI Teluk Sampit bisa dan mau kembali membantu warga Bawean sewaktu-waktu jika cuaca masih buruk. "Kalau bisa, selama belum ada kepastian kapal reguler berangkat, kapal TNI-AL seminggu sekali menuju ke Bawean," harap Rumli, warga Bawean.
Menanggapi keinginan warga Bawean tersebut, Pemkab Gresik melalui Kabag Humas Mighfar Syukur menyatakan mempertimbangkan permintaan tersebut. Sebab, kapal reguler diperkirakan juga akan berlayar mulai hari ini. "Tapi, itu juga harus diperhitungkan, sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan atau tidak," kata Mighfar.
Kepala Seksi Penjaga Keselamatan (Gamat) Adpel Gresik Suratno menjelaskan, besar kemungkinan seminggu mendatang cuaca mulai normal. "Mudah-mudahan kapal reguler bisa berlayar besok (hari ini, Red). Dari BMG, sudah ada laporan bahwa cuaca mulai bersahabat," jelasnya. (wko/roz)
=========================================================================
Selasa, 26 Feb 2008
Yang Tertinggal dari Penumpang Kapal Bawean
Akibat Kesulitan Pelayaran
Balita Kehabisan Susu, Orang Tua Kurang Bekal
Penyeberangan Gresik-Bawean dan sebaliknya berkali-kali terhenti akibat cuaca buruk. Namun, antisipasinya belum cepat dan tepat. Haruskah menunggu protes warga, baru melangkah?
SISWOKO, Gresik
Gurat kelelahan tampak di wajah seorang lelaki paro baya. Matanya nanar menatap KM Harapanku Mekar yang masih juga bersandar di Pelabuhan Gresik. Kapal itu dilarang berlayar selama dua pekan.
"Nakhodanya cengeng. Masak laut segitu aja nggak berani berlayar," ujar lelaki bernama Ahmad bin Mansur itu. Berkali-kali gagal berangkat, penumpang kapal asal Bawean memang sempat meradang. Mereka memprotes Administrator Pelabuhan (Adpel) Gresik. Juga Pemkab Gresik yang dinilai lamban minta bantuan.
"Kalau memang kapal yang ada tidak mampu, mestinya pemerintah cepat-cepat menyediakan kapal lebih besar," ujar Mansur Sabtu (23/2).
Menurut Warga Desa Peromaan, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, itu, mestinya Kapal Harapanku Mekar tetap bisa berlayar dengan kondisi cuaca sekarang. Syaratnya, kapal tersebut tidak kelebihan muatan. "Saya bisa mengatakan begitu karena saya pernah jadi pelaut kapal asing selama 35 tahun," tambahnya.
Akibat cuaca buruk dengan tinggi ombak hingga 3 meter itu, kapal-kapal yang biasa melayari Gresik-Bawean sejauh 81 mil laut terpaksa tidak berlayar. Adpel pun melarang. Pemkab Gresik memutuskan menunggu perkembangan situasi sebelum akhirnya meminta bantuan TNI-AL.
Para penumpang pun protes keras. Mereka tertahan hingga dua pekan di Gresik. Ada yang kulakan buah hingga busuk. Ada yang kehabisan bekal untuk makan. Sebab, mereka harus mengeluarkan uang untuk penginapan dan makan.
Ada yang anaknya kehabisan susu. Termasuk, Mansur, yang mudik dari Jakarta hanya untuk sepekan, tapi hingga dua pekan belum bertemu keluarga. "Oleh-oleh buah-buahan dan makanan jadi busuk dan terpaksa saya buang," ungkap Mansur.
Warga yang mampu pun menggerutu. Contohnya, Munakim. Pengusaha biro perjalanan wisata Malayasia-Bawean itu harus mengeluarkan uang jutaan rupiah setiap hari untuk penginapan dan makan. "Kalau sampai 15 hari, bisa dihitung kerugian saya," ujarnya.
Nasib Yuli, 26, dan Ira, 20, lebih nelangsa lagi. Pasangan suami-istri itu berangkat dari Lumajang ke Bawean untuk menjenguk nenek mereka di Desa Daun, Kecamatan Sangkapura, Bawean. Bekal mepet, susu untuk anak semata wayang mereka, Nanda, 11 bulan, habis. "Saya bingung. Nanda saya bujuk untuk minum ASI saja agar tidak beli susu," ungkap Ira.
Karena telah membeli tiket, mereka memilih menunggu di Kapal Harapanku Mekar. Beberapa orang yang iba akhirnya bersedia memberi susu.
"Kejadian rutin seperti ini mestinya diantisipasi sejak awal. Bawean harus diselamatkan. Pemkab harus mengupayakan kapal yang bisa ke Bawean secepatnya," desak Direktur Eksekutif LSM Gerbang Bawean Abdul Basit Karim. Jika kondisi itu terjadi lagi, dia berharap antisipasinya bisa lebih cepat.
Pemkab Gresik akhirnya tanggap dengan semua keluhan warga Bawean itu. Ratusan warga Bawean disediakan bantuan nasi bungkus. Berkat kegigihan melobi, pemkab akhirnya berhasil mendapatkan bantuan kapal dari TNI-AL di Armatim. Sabtu (23/2) siang, KRI Teluk Sampit merapat ke Gresik dan mengantar pulang warga Bawean. Dari Bawean, kapal itu juga mengangkut penumpang ke Gresik. Pemkab dan TNI-AL dianggap sebagai pahlawan. (*)
==========================================================================
Senin, 25 Feb 2008
Kapal AL Disambut bak Pahlawan
GRESIK - Ratusan warga Pulau Bawean bersuka cita begitu menapakkan kaki di kampung halaman. Setelah dua pekan terdampar di Pelabuhan Gresik dan kehabisan bekal, mereka bisa berkumpul dengan keluarga masing-masing kemarin (24/2). KRI Teluk Sampit dengan komandan Mayor Edi Eka disambut bak pahlawan.
Kapal milik TNI Angkatan Laut itu kemarin tiba di Pelabuhan Sangkapura pada pukul 06.30. Salah seorang penumpang, yakni Abdu Basitih Karim, mengatakan, ribuan warga Bawean yang menunggu di pelabuhan tersebut langsung melambaikan tangan. Mereka mengelu-elukan kapal beserta awaknya.
"Sampai juga akhirnya kami di Bawean. Terima kasih TNI-AL, terima kasih rekan-rekan pers yang menyuarakan aspirasi warga Bawean," ujar Basith yang tiba dengan selamat di Bawean.
Mereka semakin berterima kasih karena 635 penumpang asal Bawean bisa pulang secara gratis. Sepanjang perjalanan 81 mil laut dari Gresik ke Bawean, cuaca juga sudah membaik. Karena itu, mereka tiba pada pukul 06.30, setengah jam lebih cepat daripada rencana, yakni pukul 07.00. "Ancaman angin kencang dan hujan tidak terjadi," jelas Edi saat dihubungi melalui ponselnya kemarin.
Dari Bawean, KRI Teluk Sampit juga berencana membawa penumpang yang ingin berlayar ke Gresik. Hingga pukul 16.00 kemarin, tercatat sudah 878 orang mendaftar. Kapal itu dijadwalkan berangkat pada pukul 17.00. Mereka tidak dipungut biaya, tapi hanya dicatat dalam manifes pelayaran.
Kepala Syahbandar Sangkapura Santoso menambahkan, seluruh penumpang KRI Teluk Sampit tidak dikenai biaya alias gratis. "Semua gratis, termasuk pas masuk ke pelabuhan pada hari ini kami gratiskan," katanya.
Imbas kedatangan KRI Teluk Sampit yang juga mengangkut sembako dari Gresik kemarin tersebut cukup positif. Harga-harga sembako yang naik beberapa waktu belakangan sudah turun. (wko/roz)
==========================================================================
Sabtu, 23 Feb 2008
Kapal AL untuk Warga Bawean
GRESIK - Warga Bawean yang telantar selama dua pekan di Pelabuhan Gresik mengamuk kemarin. Mereka memprotes Adpel dan Pemkab Gresik yang dinilai lamban menyediakan angkutan untuk pulang ke kampung halaman. Namun, setelah mendapat kepastian peminjaman kapal TNI-AL, amarah mereka pun reda.
Amarah penumpang kapal asal Bawean itu dipicu pembatalan rencana keberangkatan KM Harapanku Mekar. Kapal tersebut dijadwalkan berangkat Jumat (22/2). Namun, karena cuaca masih buruk, kapal batal berangkat. Ombak setinggi 2-3 meter terus berlangsung dengan potensi angin kencang. "Karena itu, kapal belum boleh berlayar," kata Kasi Gangguan dan Keselamatan (Gamat) Adpel Gresik Suratno.
Pembatalan itu memicu protes penumpang ke Administratur Pelabuhan Gresik. Mereka meminta kepastian, kapan kapal berangkat. Penumpang lantas mendatangi kantor bupati. Mereka sempat menuduh bupati berbohong tentang upaya meminjam kapal TNI-AL.
Baru setelah ditunjukkan surat bupati bernomor: 552/403/403.55/2008 yang akan ditujukan kepada Armatim, puluhan pemuda asal Bawean itu percaya. Bahkan, Kepala Kesbang Linmas Supii dan Kadin Perhubungan Sutarji mengajak wakil pemuda Bawean ke Armatim untuk melobi peminjaman kapal.
Hasilnya, Sabtu siang hari ini sekitar pukul 11.00, akan ada kapal TNI-AL yang akan mengangkut penumpang ke Bawean. "Sudah ada kepastian," kata Kabag Humas Mighfar Syukur. (wko/roz)
==========================================================================
Jumat, 22 Feb 2008
Penumpang Bawean Berangkat Hari Ini
GRESIK - Ratusan penumpang kapal asal Pulau Bawean bisa bernapas lega. Mereka direncanakan bisa berangkat Jumat (22/2) hari ini dengan KM Harapanku Mekar. Badan Meteorologi dan Geofisika Juanda memberikan kabar positif tentang kondisi cuaca hari ini.
"Diperkirakan cuaca mulai bersahabat sehingga kapal diharapkan bisa berangkat besok," kata Kabag Humas Pemkab Gresik Mighfar Syukur Kamis (21/2).
Rabu lalu, KM Harapanku Mekar tidak berhasil mencapai Pelabuhan Bawean. Setelah berlayar tiga jam dari Pelabuhan Gresik, kapal yang mengangkut 256 penumpang itu akhirnya balik. Cuaca tidak mendukung dan ombak tinggi hingga sekitar 3 meter.
Penumpang yang ditawari menginap di Gedung Balai Latihan Kerja (BLK) menolak karena terlalu jauh dari pelabuhan. Mereka memilih menginap di kapal. Pemkab Gresik menyediakan nasi bungkus sehari tiga kali untuk mereka. Juga satu tangki air bersih. (wko)
==========================================================================
Kamis, 21 Feb 2008 3
Jam Berlayar, Balik ke Pelabuhan
GRESIK - Nasib warga Bawean yang terdampar di Gresik belum tertolong. Upaya KM Harapanku Mekar mengantar mereka pulang gagal karena terhadang ganasnya ombak. Kapal dengan 256 penumpang itu akhirnya balik ke Pelabuhan Gresik.
KM Harapanku Mekar berangkat dari Pelabuhan Gresik sekitar pukul 12.00 kemarin (20/2). Kapal tersebut sempat berlayar sekitar tiga jam. Di tengah laut, sekitar 40 mil menuju Bawean, ombak tinggi menghadang. Menurut Baharuddin, salah seorang penumpang, suasana mencekam sempat dialami 256 penumpang kapal itu.
"Air laut masuk dari kanan-kiri lambung kapal yang terombang-ambing. Haluan berkali-kali oleng karena menghantam gelombang tinggi," kata Baharuddin. Ombak tinggi, sekitar 3 meter.
Dengan kondisi cuaca buruk, kapten kapal Jujuk memutuskan balik ke Gresik daripada meneruskan perjalanan yang penuh risiko. Kapal akhirnya tiba di pelabuhan sekitar pukul 17.30.
"Ternyata, setelah jam 12.00, ombak sampai 3,5 meter. Setelah dia berkonsultasi dengan kami, kapal kembali. Keputusan kapten kapal sudah tepat," kata Kepala Seksi Gangguan dan Keselamatan (Gamat) Adpel Gresik Suratno.
Tidak hanya KM Harapanku Mekar, lanjut Suratno, sejumlah kapal barang, seperti KM Banyuwangi Samarinda dan KM Tekad yang semula berlayar menuju Kalimantan, akhirnya balik ke Gresik dan Tanjungperak. Pemkab Gresik segera memberikan nasi bungkus untuk penumpang kapal. Mereka diberi fasilitas menginap gratis di BLK milik Dinas Tenaga Kerja.
Sejak awal berangkat, sudah muncul masalah. Penumpang yang antre di terminal keberangkatan Pelabuhan Gresik lebih dari 500 orang. Padahal, kapasitas kapal 250 orang. Banyak pula penumpang yang memaksakan diri membawa barang melebihi kapasitas.
Adpel menurunkan kelebihan barang muatan berupa 400 sak semen dan 100 dus keramik. Yang diutamakan adalah sembako. Sebab, selama dua pekan, tidak ada pelayaran ke Bawean yang mengangkut sembako. (wko/roz)
==========================================================================