
KERJA DAN BERPETUALANG
Jika saya akan pergi ke Pulau Bawean untuk suatu tugas, selalu saya dahului dengan mengadakan semacam ritual terlebih dahulu, sebelum saya berangkat. Ritual tersebut antara lain dengan mengumpulkan peralatan fotografi yang saya miliki. Maklum, rugi rasanya jika saya ke Bawean tidak membawa kamera. Karena tidak dapat mengabadikan berbagai momen yang sering terjadi secara tidak terduga selama kegiatan yang akan saya lakukan.
Seorang teman saya semasa kuliah dulu pernah bertanya kepada saya tentang Pulau Bawean ini. Menurut yang ia tahu dan dengar bahwa pulau ini sangat baik untuk hunting ( arti awamnya, jalan – jalan sambil ambil foto ). Masih menurutnya, pulau Bawean memiliki pemandangan yang indah mulai dari pantai – pantainya, perahu, hingga gunung – gunungnya. Dan dia sangat penasaran sekali untuk melakukan hunting di Bawean. Jika teman saya saja begitu penasaran untuk melakukan hunting di Bawean, mengapa harus saya sia –siakan jika ke Bawean tanpa saya lengkapi
kegiatan saya dengan hunting? Rugikan.
Meskipun hingga saat ini saya belum menjelajah ke seluruh tempat di Pulau Bawean baik yang di dalam kawasan maupun diluar kawasan konservasi, tetapi dari yang saya lihat selama disana memang banyak sekali lokasi – lokasi yang baik untuk mengambil gambar – gambar pemandangan maupun kegiatan masyarakat setempat. Coba kita perhatikan pesisir pantai di sisi timur maupun barat yang memiliki pemandangan pantai yang cantik. Sekali – kali luangkan waktu kita ketika subuh dan sore untuk menanti sunset dan sunrise di pelabuhan lama yang letaknya dekat dengan kantor Sub Seksi Konservasi Wilayah P. Bawean. Sunset akan cantik sekali dengan melihat matahari tenggelam di balik Tanjung Alang – alang. Gugusan karang di Pulau Menuri sisi timur juga baik untuk diabadikan, kita dapat kesana ketika air laut surut, sehingga dengan mudahnya kita berjalan menyeberang. Dari pulau ini kita juga dapat melihat Pulau Noko dengan jelas, tetapi sebaiknya gunakan binokuler atau lensa zoom. Karena ketika sore hari banyak burung yang beristirahat di pulau tersebut. Tetapi jangan terlena, karena biasanya sekitar jam 2 siang air akan mulai pasang kembali. Karena keasyikan juga akhirnya saya terpaksa berbasah – basah ria untuk menyeberang kembali dari Menuri.
Jika kita mau bersusah payah sedikit, kita juga dapat mengabadikan pulau Gili tanpa menyeberang. Sebelum kita sampai di Suaka Margasatwa P. Bawean blok Alas Timur kita dapat menuju pantai, walau jalan agak curam, tetapi dengan sepeda motor patroli hal itu tentu akan dapat diatasi. Kita juga dapat mengabadikan hutan nipah yang cantik di pantai sisi timur hingga kita dapat tembus ke blok gunung Payung – payung. Di desa tempat kita menitipkan sepeda motor akan kita dapati sederetan durung (semacam lumbung) dalam jumlah cukup banyak dan tertata bagus yang mengingatkan saya pada lumbung suku Baduy di Banten. Dengan berjalan kaki sekitar 30 menit kita akan sampai pada sebuah tebing bernama Tampo yang indah, cocok sekali untuk panjat tebing. Pernah suatu pagi saya ke lokasi ini untuk mengambil foto bersama Pak Sigit, terlihat puncak tebing ini ada gua dan keluarlah seekor burung elang dan berputar – putar diatas tebing beberapa saat. Sayang sekali lensa zoom saya tidak menjangkaunya karena letaknya yang sangat tinggi.
Belum lagi pemandangan yang pantai yang eksotik jika dilihat dari blok Sungai Terus dan tempat penangkaran Rusa Bawean milik pak Sudirman. Juga telaga Kastoba, air terjun Kuduk – kuduk, daerah Kolpo – kolpo yang unik. Dan saya yakin masih banyak lokasi indah yang belum sempat saya “jamah” di Bawean.
Kejadian tidak terduga juga sering kita jumpai pada saat berpatroli. Seperti berjumpa dengan satwa liar yang biasanya jika kita mencarinya malah tidak berjumpa, tetapi jika tidak berniat mencarinya malah nongol di depan kita. Pernah saat patroli di blok Sungai Terus, perjalanan kita di hadang oleh ular yang melintang di tengah jalan. Atau berjumpa dengan segerombolan kera abu – abu di blok Kumalasa. Dan juga ketika hampir kemalaman melintas di sekitar Kuduk – kuduk kita berjumpa dengan burung elang dan kalong yang silih berganti terbang di atas kita. Atau menemukan jebakan – jebakan untuk menangkap satwa yang dipasang penduduk di sekitar aliran air atau sungai kecil. Juga ketika berpatroli pada bulan Januari, rasanya hutan penuh dengan warna – warni bunga yang sedang bersemi. Belum lagi trubus – trubus dari pelbagai jenis tumbuhan turut memperindah warna hutan pada bulan itu. Hal – hal indah seperti ini sejak awal tidak pernah kita rencanakan.
Seorang teman saya semasa kuliah dulu pernah bertanya kepada saya tentang Pulau Bawean ini. Menurut yang ia tahu dan dengar bahwa pulau ini sangat baik untuk hunting ( arti awamnya, jalan – jalan sambil ambil foto ). Masih menurutnya, pulau Bawean memiliki pemandangan yang indah mulai dari pantai – pantainya, perahu, hingga gunung – gunungnya. Dan dia sangat penasaran sekali untuk melakukan hunting di Bawean. Jika teman saya saja begitu penasaran untuk melakukan hunting di Bawean, mengapa harus saya sia –siakan jika ke Bawean tanpa saya lengkapi

Meskipun hingga saat ini saya belum menjelajah ke seluruh tempat di Pulau Bawean baik yang di dalam kawasan maupun diluar kawasan konservasi, tetapi dari yang saya lihat selama disana memang banyak sekali lokasi – lokasi yang baik untuk mengambil gambar – gambar pemandangan maupun kegiatan masyarakat setempat. Coba kita perhatikan pesisir pantai di sisi timur maupun barat yang memiliki pemandangan pantai yang cantik. Sekali – kali luangkan waktu kita ketika subuh dan sore untuk menanti sunset dan sunrise di pelabuhan lama yang letaknya dekat dengan kantor Sub Seksi Konservasi Wilayah P. Bawean. Sunset akan cantik sekali dengan melihat matahari tenggelam di balik Tanjung Alang – alang. Gugusan karang di Pulau Menuri sisi timur juga baik untuk diabadikan, kita dapat kesana ketika air laut surut, sehingga dengan mudahnya kita berjalan menyeberang. Dari pulau ini kita juga dapat melihat Pulau Noko dengan jelas, tetapi sebaiknya gunakan binokuler atau lensa zoom. Karena ketika sore hari banyak burung yang beristirahat di pulau tersebut. Tetapi jangan terlena, karena biasanya sekitar jam 2 siang air akan mulai pasang kembali. Karena keasyikan juga akhirnya saya terpaksa berbasah – basah ria untuk menyeberang kembali dari Menuri.
Jika kita mau bersusah payah sedikit, kita juga dapat mengabadikan pulau Gili tanpa menyeberang. Sebelum kita sampai di Suaka Margasatwa P. Bawean blok Alas Timur kita dapat menuju pantai, walau jalan agak curam, tetapi dengan sepeda motor patroli hal itu tentu akan dapat diatasi. Kita juga dapat mengabadikan hutan nipah yang cantik di pantai sisi timur hingga kita dapat tembus ke blok gunung Payung – payung. Di desa tempat kita menitipkan sepeda motor akan kita dapati sederetan durung (semacam lumbung) dalam jumlah cukup banyak dan tertata bagus yang mengingatkan saya pada lumbung suku Baduy di Banten. Dengan berjalan kaki sekitar 30 menit kita akan sampai pada sebuah tebing bernama Tampo yang indah, cocok sekali untuk panjat tebing. Pernah suatu pagi saya ke lokasi ini untuk mengambil foto bersama Pak Sigit, terlihat puncak tebing ini ada gua dan keluarlah seekor burung elang dan berputar – putar diatas tebing beberapa saat. Sayang sekali lensa zoom saya tidak menjangkaunya karena letaknya yang sangat tinggi.
Belum lagi pemandangan yang pantai yang eksotik jika dilihat dari blok Sungai Terus dan tempat penangkaran Rusa Bawean milik pak Sudirman. Juga telaga Kastoba, air terjun Kuduk – kuduk, daerah Kolpo – kolpo yang unik. Dan saya yakin masih banyak lokasi indah yang belum sempat saya “jamah” di Bawean.

No comments:
Post a Comment