Salah satu pulau yang mendapat prioritas pengembangan adalah Pulau Bawean, berjarak kurang lebih 90 mil dari Pelabuhan Gresik. Pemerintah provinsi ingin mengembangkan Pulau Bawean sebagai peluang membangun ikon wisata baru di Jawa Timur selain Bromo/Tengger dan Pantai Pelengkung. Untuk menuju pulau yang terletak di perairan laut Jawa itu, bisa dijangkau menggunakan kapal cepat dengan jadwal satu minggu dua kali. Waktu tempuhnya dari Pelabuhan Gresik ke Pelabuhan Sangkapura sekitar 3,5 jam. Ada juga kapal barang yang beroperasi setiap hari, akan tetapi dengan waktu tempuh lebih lama yaitu sekitar 8 jam. Dengan fenomena alam yang dimiliki, Bawean dengan keragaman obyek wisata alam dan budayanya, mempunyai peluang dikembangkan sebagai alternatif daerah tujuan wisata di Jawa Timur
Terdapat sedikitnya 23 obyek wisata alam yang eksotik dan memiliki pesona alam. Tiga belas diantaranya layak dijadikan obyek wisata bahari. Antara lain Pulau Gili, Pulau Cina yang menjadi tempat penangkaran Rusa Bawean, Pantai Pasir Putih dan Hutan lindung di Desa Sukaoneng Kecamatan Tambak.
Litologi (jenis batuan ) yang terdapat di wilayah Pulau Bawean didominasi batuan gunung api dari formasi Balibak. Di beberapa lokasi dijumpai endapan sedimen dari batu gamping formasi Gelam serta batu pasir formasi Kepongan. Dengan adanya pertemuan antara batuan gunung api dengan suhu tinggi dan batu gamping, menghasilkan batu marmer dan onix yang banyak dijumpai di Desa Lebak, Kumalasa di Kecamatan Sangkapura. Selain itu terdapat pula sumber air panas di Desa Sawahmulya dan Sungairujing, Kecamatan Sangkapura serta sebuah danau yang diberi nama danau Kastoba di Desa Peromaan. Sungguh suatu fenomena alam yang sangat indah dan menawan.
Akan tetapi untuk pengembangannya memerlukan proses panjang sebelum Bawean dijadikan kawasan terbuka untuk wisata. Selain buruknya infrakstruktur, masyarakatnya pun belum menyepakati jika ‘Bebian’ (sebutan masyarakat setempat untuk Bawean) dikembangkan menjadi pulau wisata. Hal ini dibenarkan oleh Ainur Rofiq, salah satu dari tiga wakil rakyat yang duduk di DPRD Kabupaten Gresik asal Bawean. Ketika ditemui di Sangkapura, dia mengatakan selain harus membenahi infrastruktur, masyarakatnya yang agamis tidak semuanya setuju Bawean dijamah untuk kepentingan pariwisata. ”Pemprov Jatim sebaiknya lebih cerdas mendekati masyarakat Bawean,” sarannya.
Terdapat sedikitnya 23 obyek wisata alam yang eksotik dan memiliki pesona alam. Tiga belas diantaranya layak dijadikan obyek wisata bahari. Antara lain Pulau Gili, Pulau Cina yang menjadi tempat penangkaran Rusa Bawean, Pantai Pasir Putih dan Hutan lindung di Desa Sukaoneng Kecamatan Tambak.
Litologi (jenis batuan ) yang terdapat di wilayah Pulau Bawean didominasi batuan gunung api dari formasi Balibak. Di beberapa lokasi dijumpai endapan sedimen dari batu gamping formasi Gelam serta batu pasir formasi Kepongan. Dengan adanya pertemuan antara batuan gunung api dengan suhu tinggi dan batu gamping, menghasilkan batu marmer dan onix yang banyak dijumpai di Desa Lebak, Kumalasa di Kecamatan Sangkapura. Selain itu terdapat pula sumber air panas di Desa Sawahmulya dan Sungairujing, Kecamatan Sangkapura serta sebuah danau yang diberi nama danau Kastoba di Desa Peromaan. Sungguh suatu fenomena alam yang sangat indah dan menawan.
Akan tetapi untuk pengembangannya memerlukan proses panjang sebelum Bawean dijadikan kawasan terbuka untuk wisata. Selain buruknya infrakstruktur, masyarakatnya pun belum menyepakati jika ‘Bebian’ (sebutan masyarakat setempat untuk Bawean) dikembangkan menjadi pulau wisata. Hal ini dibenarkan oleh Ainur Rofiq, salah satu dari tiga wakil rakyat yang duduk di DPRD Kabupaten Gresik asal Bawean. Ketika ditemui di Sangkapura, dia mengatakan selain harus membenahi infrastruktur, masyarakatnya yang agamis tidak semuanya setuju Bawean dijamah untuk kepentingan pariwisata. ”Pemprov Jatim sebaiknya lebih cerdas mendekati masyarakat Bawean,” sarannya.
No comments:
Post a Comment