Media Bawean, 1 Juni 2008
Sumber : Surabaya Post
Oleh: Imam Suroso
BAWEAN, kepulauan terpencil di utara Gresik ternyata menyimpan sejuta pesona. Sayang pesona itu belum dipoles sehingga kilau pulau itu belum terpancar. Salah satu pesona itu adalah Telaga Kastoba.
Pulau Bawean, disebut Pulau Putri, karena di kepulauan ini lebih banyak dihuni kaum putri. Lelaki Bawean banyak yang merantau ke Malaysia, Singapura atau kota lain.
Pulau itu dihuni 40 ribu penduduk tersebar di 20 desa dengan dua kecamatan Sangkapura dan Tambak.
Telaga Kastoba terletak di Dusun Candi, Desa Perumahan, Kec. Tambak. Airnya sangat jernih tak pernah kering sekalipun musim kemarau. Di kanan kiri dikelilingi pepohonan rindang dan hijau menambah pesona tersendiri. Berbagai jenis flora mulai paku-pakuan, lumut sampai dengan tumbuhan berpohon tinggi merimbuni Kastoba. Berbagai burung, monyet, juga dapat ditemui di sekitar telaga.
Dari pelabuhan Sangkapura menuju Kastoba harus mencarter mobil atau ojek karena tidak ada angkutan umum menuju ke sana. Sesampai di Desa Paromaan, desa terdekat di Kastoba, pengunjung harus berjalan kaki 2 km melalui jalan setapak. Untuk mecapai telaga tidak mudah. Sebab jalan menanjak melalui tangga batu.
Pemandangan alam yang diiringi kicauan suara burung dan kericuhan suara monyet bergelantungan di pepohonan sepanjang jalan menuju telaga menambah suasana indah dan membuat betah pengunjung.
Kelelahan sirna dengan sendirinya setelah melihat keindahan telaga Kastoba. Semilir angin menimbulkan kesejukan hawa di sekitar Kastoba. Perjalanan ini juga menjadi daya tarik bagi mereka yang hobi berpetualangan.
Telaga Kastoba dengan luas 720 meter persegi sejak 1832 ditetapkan oleh pemerintah Belanda sebagai kawasan pelestarian alam. Kawasan Kastoba merupakan bagian dari kawasan hutan lindung di Pulau Bawean.
Menurut M. Nasir, pemandu, menceritakan pengunjung Kastoba paling ramai saat Lebaran. Karena saat itu warga Bawean yang merantau pulang dan menyempatkan berkunjung ke telaga. “Kalau tidak lebaran ya sepi, paling-paling hanya ada satu dua orang dari luar Bawean saja,” terang M. Nasir.
Telaga Kastoba oleh warga sekitar masih dianggap keramat, sehingga pengunjung tidak boleh mandi di sembarang tempat. Konon, telaga ini berundak-undak, semakin ke tengah semakin dalam. Air telaga juga terasa sejuk dan menyegarkan bagi siapa saja yang mandi. Bahkan, sebagian mereka yang mandi tak segan-segan meminum air telaga untuk menghilangkan rasa dahaga. “Airnya bening, lebih bening dibanding air kemasan di toko,” ujar Aminah, warga Sangkapura yang saat itu sedang mandi sambil meneguk air telaga.
Banyak cerita yang berkembang di masyarakat Bawean tentang telaga ini. Telaga yang konon terjadi akibat dicabutnya pohon Kastoba oleh salah seorang pertapa itu diyakini airnya dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Selain itu juga dapat awet muda bagi mereka yang sering mandi di telaga Kastoba. “Itu semua cerita orang-orang tua dulu , benar tidaknya kami tidak tahu. Yang jelas pemandangannya sangat indah dan air Kastoba tidak pernah kering meski kemarau panjang. Sayang Pemkab Gresdik belum menyentuh mutiara terpendam ini,” kata Nasir. (*)
Sumber : Surabaya Post
Oleh: Imam Suroso
BAWEAN, kepulauan terpencil di utara Gresik ternyata menyimpan sejuta pesona. Sayang pesona itu belum dipoles sehingga kilau pulau itu belum terpancar. Salah satu pesona itu adalah Telaga Kastoba.
Pulau Bawean, disebut Pulau Putri, karena di kepulauan ini lebih banyak dihuni kaum putri. Lelaki Bawean banyak yang merantau ke Malaysia, Singapura atau kota lain.
Pulau itu dihuni 40 ribu penduduk tersebar di 20 desa dengan dua kecamatan Sangkapura dan Tambak.
Telaga Kastoba terletak di Dusun Candi, Desa Perumahan, Kec. Tambak. Airnya sangat jernih tak pernah kering sekalipun musim kemarau. Di kanan kiri dikelilingi pepohonan rindang dan hijau menambah pesona tersendiri. Berbagai jenis flora mulai paku-pakuan, lumut sampai dengan tumbuhan berpohon tinggi merimbuni Kastoba. Berbagai burung, monyet, juga dapat ditemui di sekitar telaga.
Dari pelabuhan Sangkapura menuju Kastoba harus mencarter mobil atau ojek karena tidak ada angkutan umum menuju ke sana. Sesampai di Desa Paromaan, desa terdekat di Kastoba, pengunjung harus berjalan kaki 2 km melalui jalan setapak. Untuk mecapai telaga tidak mudah. Sebab jalan menanjak melalui tangga batu.
Pemandangan alam yang diiringi kicauan suara burung dan kericuhan suara monyet bergelantungan di pepohonan sepanjang jalan menuju telaga menambah suasana indah dan membuat betah pengunjung.
Kelelahan sirna dengan sendirinya setelah melihat keindahan telaga Kastoba. Semilir angin menimbulkan kesejukan hawa di sekitar Kastoba. Perjalanan ini juga menjadi daya tarik bagi mereka yang hobi berpetualangan.
Telaga Kastoba dengan luas 720 meter persegi sejak 1832 ditetapkan oleh pemerintah Belanda sebagai kawasan pelestarian alam. Kawasan Kastoba merupakan bagian dari kawasan hutan lindung di Pulau Bawean.
Menurut M. Nasir, pemandu, menceritakan pengunjung Kastoba paling ramai saat Lebaran. Karena saat itu warga Bawean yang merantau pulang dan menyempatkan berkunjung ke telaga. “Kalau tidak lebaran ya sepi, paling-paling hanya ada satu dua orang dari luar Bawean saja,” terang M. Nasir.
Telaga Kastoba oleh warga sekitar masih dianggap keramat, sehingga pengunjung tidak boleh mandi di sembarang tempat. Konon, telaga ini berundak-undak, semakin ke tengah semakin dalam. Air telaga juga terasa sejuk dan menyegarkan bagi siapa saja yang mandi. Bahkan, sebagian mereka yang mandi tak segan-segan meminum air telaga untuk menghilangkan rasa dahaga. “Airnya bening, lebih bening dibanding air kemasan di toko,” ujar Aminah, warga Sangkapura yang saat itu sedang mandi sambil meneguk air telaga.
Banyak cerita yang berkembang di masyarakat Bawean tentang telaga ini. Telaga yang konon terjadi akibat dicabutnya pohon Kastoba oleh salah seorang pertapa itu diyakini airnya dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Selain itu juga dapat awet muda bagi mereka yang sering mandi di telaga Kastoba. “Itu semua cerita orang-orang tua dulu , benar tidaknya kami tidak tahu. Yang jelas pemandangannya sangat indah dan air Kastoba tidak pernah kering meski kemarau panjang. Sayang Pemkab Gresdik belum menyentuh mutiara terpendam ini,” kata Nasir. (*)
No comments:
Post a Comment