Media Bawean, 6 Juni 2008
MUSLIMAT DI PAROMAAN
Oleh : Hj Samri Barik SH
LL B Hons London
Hj. Maisurah Ketua Muslimat Ranting Paromaan
Salah satu kemajuan yang tersimpan dan tersembunyi adalah kemajuannya Ranting Muslimat NU Paromaan pimpinan Hj. Maisurah H. Ahmad. Sudah hampir lebih dari 1 periode dia dipilih untuk memimpin Ranting Muslimat Paromaan yang rutin yasinan di Gedung Putih Paromaan mengikut petunjuk yang sudah disediakan dari Singapura.
Gedung Putih Paromaan
Disini banyak kegiatan yang telah diatur dengan skedul oleh Hj Samri Barik dari Singapura sejak tahun 1997. Disini tempat perkumpulan Muslimat se-Paromaan yang setiap malam mereka bersama-sama membaca Yasinan setelah maghrib untuk kiriman orang-orang dari Singapura, dan diberikan imbalan kapada Muslimat setiap pengajian setahun sebesar Rp 1 juta pertahun bagi setiap kiriman. Maka setiap malam ada aja kiriman yang telah dipesan oleh warga dari Singapura. Sejak tahun 1997 hingga sekarang, Ranting Muslimat Paromaan telah mengumpulkan uang sebesar Rp 60 juta. Kadangkali dana tersebut dikeluarkan untuk dibuat ganti pakaian seragam Muslimat dan diberikan kepada anggotanya kurang lebih 80 orang.

Anggota Muslimat Membaca Yasinan
Selain dari pengajian Yasinan, ada juga anggota yang dipilih dari kemampuan membaca AlQuran untuk menghatamkan Alquran dengan imbalan sebesar Rp 400,000 hingga Rp 500,000 setiap kiriman. Kiriman seperti ini sangat banyak, apabila sudah waktu mendekati Ramadan karena ramai orang di Singapura yang agak merasa tertekan dengan riadhah membaca Quran dan pekerjaan yang penuh stress, sedangkan mereka juga mahu beramaliah dan bersedekah untuk orang tua mereka yang telah meninggal dunia.
Muslimat kadangkala juga mendapat kiriman sedekah dan imfak dari Singapura yang berupa uang yang diminta untuk diberikan makan iftar pada bulan puasa. Kadangkali diatur programme serupa itu sehingga menjadi sekitar 4 hingga 8 kali dalam bulan puasa. Muslimat Paromaan mengajak anak2 dan orang tua berbuka puasa di Gedung Putih Paromaan.
Kegiatan Di Waktu Hari raya Idul Adha
Saat waktu hari raya Idul Adha Paromaan juga menerima korban yang banyak dari Singapura. Muslimat dengan bekerjasama dengan Kepala Desa mengundang anak-anak santri pondok dan madrasah diseluruh Desa Paromaan. Sangat beruntung desa ini karena dikunjungi setiap tahun sejak tahun 1997, dan anak-anak diajak makan di Gedung Putih, tetapi mengikut skedul yang ditetapkan. Artinya, pada jam 10.00 pagi anak-anak Paroman mengawali undangan, dan jam 11.00 pagi diganti oleh anak madrasah Langaur, setelahnya Candi, dan Tanah Merah dan saterusnya hinggalah 7 Dusun di desa Paromaan dapat merasakan daging korban yang di masak.
Yang lebih menggembirakan adalah melihat senangnya anak-anak yang mendapat hadiah pada saat setelah diberikan makanan daging sate, ayam dan telur pada hari raya idul Adha. Terpancar dari wajah mereka kebahagiaan yang dapat kita rasakan seperti sewaktu masih kecil di beri gula atau hadiah dari orang yang tidak kita kenal.
Selain dari kegembiraan yang disajikan juga, kadangkali anak-anak yang ramai itu mendapat hadiah “hari raya” . Hadiah itu berupa uang yang diberi setiap seorang sebesar Rp 10 ribu atau Rp 5 ribu tergantung kapada dana yang dikirim. Ini sering disampaikan oleh isteri Bapak H. Samri yang bernama Hj. Halimah Abdul Jalil yang biarpun bukan orang Bawean asalnya, sudah hampir lebih dari 10 kali yang bolak balik ke Bawean. Ibu Halimah adalah orang seorang pengacara Singapura dari keluarga besar Orang Kaya Agung di Palembang.
Ibu Hj. Halimah Sedang Memberikan hadiah uang rupiah
Madrasah yang baru saja dibangun di desa Paromaan pada tahun 2005 adalah usahanya ibu Hj. Halimah dengan H. Samri Barik setelah beliau dapat mengumpulkan dana sebesar Rp 130 juta. Madrasah di Paromaan dibangun sekaligus dalam waktu 3 bulan dan sekarang sudah difungsikan dengen baik. Kami masih berusaha mendokong dana madrasah tersebut dan mudah-mudahan desa Paromaan dapat tegak berdiri sampai beberapa tahun kedepan.
Madrasah Paromaan Siap Pakai Sebagai tempat belajar mengajar
Gedung ini merupakan Infaq dari Singapura
Siswa Madrasah Paromaan siap menempati Gedung yang baru selesai dibangun

Kami juga mengadakan silaturrahmi dengan anak-anak Madura di Tanah Merah dengan harapan suatu saat dapat membangunkan mereka madrasah. Supaya mereka dapat menempati bangunan seperti masyarakat Bawean yang lain.
Hal ini juga terjadi dengan ridhaNya Allah SWT. kami dapat mengirimkan bantuan untuk membangun musallahnya bagi anak-anak di Tanah Merah. Bangunannya sangat menarik pandangan mata .
Langgar Di Tanah Merah
Sebenarnya kegiatan Muslimat adalah aktivitas utama. Apabila ada warga di Singapura yang menghadapi pembahagian harta selepas meninggal orang tua mereka, ada yang minta dingajikan, dan juga ada yang minta dibacakan yasin sepanjang tahun. Ada sebuah keluarga yang mempunya13 orang anak yang menerima harta pembahagian langsung orang tua mereka yang telah meninggaldunia dimintakan pengajian yasinan selama 13 tahun. Berarti mereka mengirim uang sebesar Rp 13juta untuk tujuan tersebut.
Jadi kalau dihitung secara lengkap, pemasukan Muslimat Paromaan per tahun sekitar Rp.7 juta rupiah karena setiap malam ada rutinan di tempat mereka di Gedung Putih.
Kalau di hitung secara rinci, pemasukan tersebut tidak termasuk infaq dan sedekah pada TK di tempat, kepada madrasah, kepada fakir miskin dan juga anak-anak yatim di tempat. Tetapi yang menjadikan usaha utama adalah rutinan yasinan Muslimat Paromaan, yang dari situ maka mengalir lah dana-dana yang lain. Kalau dibandingkan dengan aktivitas NU pusat, mereka tidak pernah mencoba kegiatan yang bisa mendatangkan dana. Sumber yang ketahui adalah NU cabang sering meminta dari ranting, dan buat NU Paromaan sumber mereka mencukupi untuk memenuhi permintaan, sedangkan ranting-rangting yang lain menangis karena tidak ada sumber dana yang terus mengalir atau yang bisa dijadikan bahan pokok untuk diusahakan.
SIRAMAN ROHANI
Ustadz Mahfudz Siddiq Memeberikan Siraman Roihani Satu Kali Seminggu
Untuk menghidupkan ukhuwah Muslimat Bapak Haji Samri mengundang Ustadz Mahfuz Siddiq untuk mengadakan ceramah seminggu sekali di Gedung Putih, dan dana untuk hal tersebut di tanggung oleh Bapak H. Samri sendiri. Hal seperti ini menambahkan kekuatan akidah Muslimat, keakraban yang mendalam, dan menambahkan ilmu pengetahuan dalam agama yang telah mereka tinggalkan pendidikan setelah mereka tamat pengajian pondok pesantren.
Kegiatan saperti ini pada pendapat saya sangatlah berkesan bagi mengumpulkan kekuatan Muslimat sacara perkumpulan. Hal seperti ini tidak terjumpa dimana-mana desa karena mereka tidak dapat mencari sumber dana yang dapat menghidupkan kegiatan seperti ini.
Untuk kami mengajak dan menyuruh mereka mencontohi, amatlah berat perasaan kami. Tapi biarlah kami teruskan usaha kami sahingga kami menjadi contoh yang unggul. Muslimat Paromaan adalah Muslimat contoh di Bawean. Malah mereka di segani.
Apa yang kami harapkan adalah semoga Muslimat mampu mencetak pemimpin yang berkaliber, berijazah sarjana, ahli pidato dan juga yang punya wawasan. Kapan Allah SWT. akan berikan dia kepada kami? (bst)
No comments:
Post a Comment