Friday, 28 September 2007

Jurusan Kepulauan Bawean, Pemerintah Diminta Kaji Ulang Pengoperasian Kapal Fiber

Media Bawean, 29 September 2007


Radio Elshinta : 29/9/2007 12:16 WIB
Emerensiana Jelita - Surabaya, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) meminta pemerintah untuk mengkaji ulang pengoperasian Kapal Fiber jurusan Kepulauan Bawean, Jawa Timur.

Karena membahayakan keselamatan penumpang akibat jarak tempuh yang cukup jauh mencapai 80 mil.

Demikian dikatakan Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB), Abdullah Azwar Anas kepada ELSHINTA di Surabaya, Jatim, Sabtu (29/9).

Azwar mengungkapkan, pemerintah dan DPR telah bersepakat untuk mengaudit standar keselamatan dan kelayakan kapal sebelum dioperasionalkan. Hal itu dilakukan untuk memberikan jaminan keselamatan kepada para pengguna jasa transportasi ini.

Begitu juga dengan pengoperasian Kapal Fiber yang menjadi angkutan penyebrangan menuju ke Kepulauan Bawean Jatim. "Kapal Fiber ini dianggap agak berbahaya apabila dalam kecepatan tertentu dan jarak yang cukup jauh," kata dia.

Menurut Azwar, jika pemerintah tidak segera mengaudit Kapal Fiber maka dikhawatirkan akan membawa dampak yang lebih besar bagi para pengguna kapal tersebut. (dir)

Tuesday, 25 September 2007

Ingin Kembali ke Bawean...

KOMPAS
Rabu, 26 September 2007
perjalanan
IWAN SETIYAWAN
Perasaan lega langsung menyeruak tatkala awak kapal penumpang cepat dari Pelabuhan Gresik mengumumkan bahwa kapal telah sampai di Pelabuhan Sangkapura, Pulau Bawean. Betapa tidak, perjalanan selama tiga jam menempuh jarak sekitar 120 kilometer yang baru saja berlalu itu rasanya lama sekali. Tak terbayang apa jadinya kalau yang ditumpangi adalah kapal barang dengan waktu tempuh 7-10 jam di tengah ombak Laut Jawa yang terkadang juga tak bersahabat.
Ketika kaki mulai melangkah keluar lambung kapal yang mampu membawa 345 penumpang itu, rasanya segala keluh kesah dan kepenatan sepanjang perjalanan langsung lenyap. Udara segar dan terpaan angin pantai seolah melenyapkan sengatan mentari yang tepat berada di atas kepala.
Di dermaga, ratusan warga telah menunggu kedatangan satu-satunya kapal penumpang yang melayani jalur Gresik-Bawean itu. Mereka umumnya adalah warga yang menjemput sanak kerabatnya yang pulang dari merantau.
Pulau Bawean terletak di Laut Jawa dan secara administratif masuk wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pulau yang terdiri atas dua kecamatan, Sangkapura dan Tambak, ini sungguh kaya obyek wisata.
Salah satu yang harus dituju adalah Pantai Tanjung Anyar di Dusun Tenggen, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura. Tanjung atau daratan yang menjorok ke laut dengan lebar kira-kira 15 meter dan panjang 500 meter ini memiliki dua sisi yang menghadap ke laut. Sisi timur menghadap Sangkapura dan sisi baratnya yang berupa cekungan teluk menghadap Laut Jawa.
Di ujung pantai terdapat dua bukit setinggi 30 meter dengan daratan yang menjorok ke arah selatan dengan pantai berpasir putih mengelilinginya. Oleh masyarakat setempat, daratan itu disebut Tanjung Alang-alang.
Di Tanjung Anyar terdapat juga kampung nelayan yang dihuni sekitar 300 penduduk. Di sepanjang pantainya terdapat pohon-pohon kelapa dan beberapa pohon besar berbagai jenis. Keindahan Pantai Tanjung Anyar akan lebih terasa pada senja menjelang matahari terbenam. Suguhan kesenian tradisional oleh penduduk dan sajian berbagai jenis ikan laut bakar melengkapi keindahan itu.
Di bawah salah satu pohon besar terdapat makam yang panjangnya sekitar 12 meter sehingga dikenal sebagai makam panjang atau dalam bahasa setempat disebut jherat lanjheng. Tidak jauh dari makam itu juga ada makam lagi dengan panjang sekitar sembilan meter. Kedua makam itu diyakini sebagai makam dari Dora dan Sembada, dua pembantu setia Prabu Aji Saka. Aji Saka sendiri adalah raja di Jawa dari abad ke-6 Masehi yang mengalahkan Prabu Dewatacengkar, penguasa Kerajaan Medang.
Di antara kedua makam pembantunya tersebut, Aji Saka membuat prasasti di atas batu besar dalam huruf Jawa kuno. Tulisan di prasasti itu yang dianggap sebagai asal dari huruf-huruf Jawa kuno atau dikenal sebagai huruf hanacaraka. Sayangnya, batu prasasti tersebut sudah dihancurkan penduduk untuk dijadikan fondasi jembatan di desa.
Selain Tanjung Anyar, terdapat juga Danau Kastoba di Desa Promaan, Kecamatan Tambak. Perjalanan ke Desa Promaan ditempuh dalam satu jam dari Sangkapura melalui jalan lingkar utama Bawean yang sempit dengan aspalnya berlubang-lubang. Sesampai di Desa Promaan, kendaraan harus melintasi jalan desa yang hanya bisa dilewati satu mobil sampai ke Dusun Candi yang menjadi gerbang ke Danau Kastoba. Di dusun itu ada bangunan lumbung padi dari kayu yang biasa disebut durung-durung di depan tiap rumah penduduk.
Perjalanan selanjutnya melalui jalan setapak yang sedikit menanjak sepanjang 1,2 kilometer. Diantar Kepala Desa Promaan Abdul Xafil, rombongan kami tertatih-tatih mendaki tangga buatan warga yang licin di tengah guyuran hujan. Setelah 20 menit menikmati suasana hutan hujan tropis, sampailah kami di tepi Danau Kastoba.
Danau itu berada di Cagar Alam Pulau Bawean di tengah-tengah pulau dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Danau Kastoba luasnya sekitar dua kilometer persegi dengan kedalaman 147 meter. Belum adanya jalan yang mengelilingi danau membuat pemandangan benar-benar masih alami karena belum terusik manusia. Nama Kastoba diambil dari nama pohon kastuba (Euphorbia pulcherrima) yang dulu banyak tumbuh di sana.
Beberapa ekor burung belibis liar yang berenang di tepi danau langsung terbang menjauh saat kami datang. Menurut Abdul Xafil, jika beruntung, kita bisa melihat kawanan rusa bawean (Axil kuhli) minum di tepi danau. Rusa bawean merupakan satwa endemis pulau itu yang tidak dijumpai di tempat lain.
Beberapa peneliti yang pernah singgah di danau itu memperkirakan, Danau Kastoba adalah bekas kawah gunung api purba. Warga setempat menyebutkan, warna air danau bisa berubah menjadi tiga warna, yaitu merah, hijau, dan seperti berminyak. Adanya aroma belerang di sekitar danau juga mengindikasikan bahwa danau itu dulunya adalah kawah gunung berapi.
Pulau Gili
Pulau-pulau kecil di sekitar Bawean juga menarik untuk dikunjungi. Sebab, pulau-pulau itu juga eksotik. Sebut saja Pulau Gili yang selama ini banyak menjadi pilihan para wisatawan. Pulau ini dikelilingi taman laut dengan terumbu karang yang indah.
Pulau ini terletak sekitar 4,5 kilometer dari pesisir timur Pulau Bawean di Desa Sidogedongbatu. Untuk mencapainya, bisa menyewa perahu motor nelayan berkapasitas 30 orang dengan harga Rp 150.000 untuk antar-jemput. Perjalanan 20 menit naik perahu sungguh asyik walau diombang-ambing ombak. Jika cuaca sedang cerah, perjalanan ini sungguh menyenangkan karena pengunjung bisa menikmati indahnya terumbu karang dengan ikan-ikannya yang berwarna-warni.
Pantai pulau ini juga sangat indah dengan dominasi hamparan pasir putih. Di bagian selatan bahkan ada hamparan pulau pasir putih dengan semak rerumputan di atasnya seluas satu hektar. Jika laut surut, hamparan pasir putih itu bisa dicapai dengan berjalan kaki dari Pulau Gili.
Pulau Gili dihuni sekitar 600 penduduk yang sebagian besar nelayan. Jika beruntung, wisatawan yang ke sana bisa menikmati ikan kerapu atau udang lobster bakar hasil tangkapan nelayan dengan harga murah.
Masih banyak obyek yang belum sempat kami kunjungi dalam waktu singkat, hanya dua hari. Termasuk banyaknya arena adu balap sapi. Tak heran kalau dalam hati ini tebersit hasrat untuk kembali.
Tidak murah
Sayang, untuk menikmati obyek wisata di pulau ini tidaklah murah. Tiket kapal penumpang cepat dari Pelabuhan Gresik ke Bawean Rp 100.000 (ekonomi), Rp 110.000 (eksekutif), dan Rp 130.000 (VIP) per orang.
Seminggu, kapal hanya tiga kali berangkat dari Gresik, yakni hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Ada juga kapal barang yang berangkat seminggu sekali, tetapi ongkosnya hampir sama, Rp 100.000 per orang, dengan perjalanan jauh lebih lama.
Transportasi di Bawean cukup mahal. Untuk berkeliling pulau, harus sewa kendaraan dengan harga tak murah. Mobil sejenis Toyota Kijang atau Isuzu Panther harga sewanya minimal Rp 600.000 per hari, termasuk biaya sopir dan bahan bakar.
"Harga minyak di sini mahal," kata Giram, sopir mobil sewaan, memberi alasan. Menurut dia, harga premium biasanya Rp 6.000 per liter, tetapi kalau lagi musim ombak besar bisa mencapai Rp 20.000.
Untuk menyeberang ke pulau-pulau kecil di sekitar Bawean, pengunjung bisa menyewa perahu nelayan dengan harga Rp 150.000 untuk 30 orang.

KM Harapanku Mekar Diijinkan Berlayar

Berita Jatim
Rabu, 26/09/2007 16:59 WIB
Reporter: Hardy Slamet
Gresik- Hasil pertemuan membahas tentang Kapal Motor (KM) Harapanku Mekar (HM) yang diselenggarakan Adminitrator pelabuhan (adpel) Surabaya membuahkan keputusan. KM HM diperbolehkan berlayar.

Namun demikian, pelayaran kapal ini masih menunggu surat secara resmi pemkab Gresik. Menurut Asmari, Kepala Adminitratur Pelabuhan Gresik, sebenarnya sejak awal pihaknya tidak pernah mempermasalahkan KM HM."Sesuai dengan surat saya No: K/65/03/15/2007Ad-Gsk-2-007 butir no 2 disebutkan , bahwa KM HM dapat dioperasikan. Surat itu kita keluarkan pada 30 Agustus 2007," katanya kepada wartawan di Gresik, Rabu (26/9/2007).

Lebih lanjut dikatakan, "Kami ini hanya sebatas mengijinkan berlayar. Tapi, yang punya kewenangan untuk bisa berlayar juga harus punya ijin dari pemkab. Makanya, hari ini Adpel Surabaya memberikan surat ke bupati. Kalau pemkab sudah mengijinkan, sewaktu-waktu akan kami keluarkan ijinnya.

"Sekadar diketahui, tanpa alasan jelas, KM HM yang melayani jurusan Gresik-Bawean dilarang beroperasi. Tak pelak, PT Kumala Putra Nusantara selaku pemilik kapal menderita kerugian hingga Rp 5 miliar. Padahal surat ijin kapal dan pelayaran telah lengkap. (bj2)

Monday, 24 September 2007

Jangan Biarkan Putri Sendirian

Duta Masyarakat
25 September 2007

Pulau Bawean berada 80 mil atau 120 km arah utara Kabupaten Gresik. Terletak sebagai daerah berbukit-bukit dengan luas + 200 km2, Pulau Bawean berbentuk agak bundar dengan rata-rata diameter 15 kilometer.

Bawean terkenal karena “ekspor” TKI ke negeri jiran, sehingga sempat pula terkenal dengan sebutan Pulau Putri. Maklum, isi pulau itu kebanyakan perempuan, karena 90 persen pria di Bawean lebih suka mencari ringgit ke luar negeri. Para TKI itu biasa berangkat melalui jasa para “pengawal”, sebagai calo atau tenaga jasa pengantar para calon tenaga kerja dari desa asal menuju negara tujuan seperti Malaysia atau Singapura.

Salah seorang yang sukses menjalankan usaha itu, yakni Haji Humaidi ( 55) yang sekarang menjadi pemilik KM Reny. Dikisahkan Zaenuddin (22), anak kelima dari enam bersaudara keluarga Humaidi, ayahnya merupakan penduduk asli Bawean yang pertama kali merintis jasa “pengawal” sebelum usaha itu menjamur. “Pertama kali Ayah menjadi pengawal, ia membawa para calon tenaga kerja menuju Malaysia atau Singapura memakai laut melewati Tanjung Pinang. Kini, para pengawal sudah biasa memakai pesawat terbang langsung ke negara tujuan,” papar Zaenuddin, yang kini ditugasi ayahnya menjadi pengawas KM Reny setiap kali kapal itu berlayar.

Zaenuddin menguraikan, rata-rata seorang pengawal mendapat keuntungan hampir Rp 1 juta dari jasa mengantar seorang calon TKI. Padahal, sekali antar ia bisa membawa belasan orang sekaligus.

Diaspora warga Bawean membuat ke negeri asing sukses mengalirkan dana ke kawasan itu. “Saya pernah mengkalkulasi, rata-rata kiriman uang dari luar negeri yang sampai ke Bawean mencapai Rp 4 miliar per bulan. Padahal, uang negara untuk membayari pegawai di sini saja tak sampai Rp 1,5 miliar,” kata Haji Syariful Mizan. Saat ditemui di toko bangunan miliknya di Pasar Sangkapura, Bawean, ia sedang melayani jasa penukaran uang. “Ya, beginilah, saya merangkap sebagai money-changer,” tutur Wakil Ketua PCNU Bawean ini.

Menurut Syariful Mizan, dalam sehari, perputaran uang di tokonya bisa mencapai Rp 20 juta. Mizan melanjutkan, di Bawean dikenal transaksi dalam lima mata uang, yakni ringgit Malaysia (RM), dolar AS, dolar Singapura, rupiah, dan koin emas khusus keluaran Amerika Serikat. Papar Mizan, TKI Bawean di Malaysia atau Singapura hampir tak pernah menemui masalah, karena tingginya kekerabatan Bawean di sana. Karena itulah, di negeri jiran sana dikenal istilah “Kerukunan Bawean Malaysia” dan “Persatuan Bawean Singapura”, sebagai komunitas warga Bawean di sana.

“Penduduk Bawean yang sukses di Malaysia menganggap di Indonesia tak ada pencerahan dan tak ada masa depan, sehingga mereka mengajak keluarganya yang lain pergi ke Malaysia,” dia menandaskan.

Soal ekonomi, Bawean memang daerah perkecualian di Indonesia. “Saat daerah-daerah lain di Indonesia mengalami krisis moneter (krisis), Bawean tidak krismon,” cerita Mizan. Ia berujar, sebagai pedagang valuta asing, pada masa krismon lima tahun lalu, pernah dalam sehari mendapat keuntungan bersih Rp 35 juta karena meningkatnya kurs mata asing terhadap rupiah secara drastis. “Sebaliknya, saat ekonomi Malaysia lesu, Bawean pun ikut lesu,” tuturnya. Seperti saat ini, kiriman devisa dari Malaysia agak seret akibat banyaknya TKI di Malaysia yang gajinya tertunda sampai setengah bulan. “Kabarnya, di Malaysia, saat ini sedang berlaku kebijakan uang ketat (tight money policy),” katanya.

Berlimpahnya kiriman uang dari luar negeri juga dipergunakan warga Bawean untuk membangun jalan desa secara swadaya, sehingga di beberapa daerah di Bawean, seperti di Desa Teluk Dalam, Kecamatan Sangkapura, dikenal ada Jalan Goh Tjok Tong, sebagai penanda jalan di situ dibuat hasil kiriman uang para TKI dari Singapura; Jalan Mahathir Mohamad, sebagai perkampungan yang mayoritas lelakinya bekerja sebagai TKI dan Malaysia; dan Jalan Christmas, karena sebagian besar penduduknya bekerja di Australia. Untuk diketahui saja, kata Mizan, penduduk Bawean di Australia juga cukup banyak. “Merekalah yang pertama kali membuka masjid di Pulau Christmas, Australia,” dia menandaskan. Untuk jalan antardesa yang dibangun pemerintah, warga Bawean menyebutnya sebagai Jalan Suharto.

Inovasi di Bawean memang selalu laku. Jangankan telepon (ada 5.000 sambungan telepon rumah di Bawean saat ini), listrik (ada 9.000 sambungan PLN di Bawean saat ini), atau ponsel, saat ini Bawean sedang giat menuju pembangunan lapangan terbang. Mereka merasa jarak 11 jam perjalanan laut ke Gresik terlalu jauh. “Kalau ada pesawat, pasti laku. Ongkos tak jadi masalah di sini,” kata Haji Syariful Mizan, tokoh masyarakat Bawean.

Prinsipnya, Bawean benar-benar a lonely beautiful and very friendly island. Suasananya seperti Aceh, tapi masyarakatnya sangat “Malaysia”. Logat yang dipakai pun sering logat Melayu, maklum karena hampir setiap keluarga di sana memiliki famili di Malaysia atau Singapura. Jadi, bagi mereka, jalan-jalan ke dua negara yang seperti “kampung halaman” (backyard) sendiri itu bukan hal asing. (*)

MERCU SUAR BAWEAN : DIPUJA NAMUN DIABAIKAN

Duta Masyarakat
25 September 2007


Warga Bawean yang selama ini selalu disanjung oleh Pemkab Gresik sebagai penghasil devisa bagi negara dan daerah itu, ternyata tengah menghadapi persoalan yang cenderung tak segera dituntaskan. Keberhasilan warga Bawean dalam merantau dan telah mampu menyulap Pulau Bawean menjadi daerah yang megah dari segi ekonomi, faktanya masih menyisakan potret ironi. Hal itu merupakan sesuatu yang tidak akan tercapai jika pembangunan Pulau Bawean hanya mengandalkan dana dari Pemkab Gresik. Lantas persoalan vital apa yang kini tengah diperjuangkan?
Liputan : Didik Hendri (Gresik)

Tak dapat dipungkiri, krisis listrik masih saja dialami masyarakat Bawean yang berjuluk pulau ‘putri’ itu. Warga setempat kini menjalani pemadaman listrik secara bergiliran pukul 06.00 hingga 17.00. Kendati begitu, PLN Gresik menyatakan rugi hingga Rp 1,2 miliar per tahun. Manajer Area Pelayanan Jaringan (APJ) PLN Gresik Rusbandi menyatakan sedang menghitung aset PLN di Pulau Bawean. Direktur Transmisi dan Distribusi PT PLN (Persero) Herman Daniel Ibrahim mengatakan, keinginan 90 juta calon pelanggan PLN belum akan bisa dipenuhi. Ini terkait pengurangan subsidi anggaran. Pemerintah hanya menyetujui subsidi untuk menutup biaya operasional serta pemenuhan pasokan listrik tahun ini. Di sisi lain, untuk investasi dan pengembangan, PLN mengaku tidak memiliki cadangan anggaran. “Bila subsidi itu dikurangi, kami khawatir tidak bisa berinvestasi untuk pemenuhan listrik itu,” tandas Herman didampingi General Manager PT PLN Distribusi Jawa Timur Hariadi Sadono dan Manajer PT PLN APJ Gresik Rusbandi setelah berbuka puasa bersama anak yatim, kemarin.

Terpisah, menyikapi krisis listrik warga Bawean, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Muhammad Nuh meminta warga Pulau Bawean memenuhi kebutuhan energi listrik secara mandiri dengan memanfaatkan sumber-sumber alam di pulau tersebut. “Perlu dipikirkan membuat sumber energi secara mandiri. Kalau bergantung pada pulau daratan (Jawa), cost-nya terlalu tinggi,” ujar Nuh sembari mencontohkan adanya kemungkinan pembangkit listrik tenaga angin, tenaga surya, atau perpaduan keduanya. Nuh yang mengunjungi Bawean bersama Bupati Gresik KH Robbach Ma’sum dan budayawan Emha Ainun Nadjib tiba di Bawean dengan helikopter milik TNI-AL akhir pekan lalu. Dalam kesempatan tersebut, mantan rektor ITS ini, dengan penuh antusias memotivasi warga Pulau Bawean untuk tetap optimistis di tengah keterbatasan. Nuh menyarankan warga membuat televisi komunitas TiBi (Televisi Bawean) untuk mengembangkan potensi warga di pulau yang berjarak 81 mil dari Gresik itu. “Saya mengusulkan dibuat TiBi atau Televisi Bawean,” ujar Nuh di hadapan ratusan warga Bawean. (*)

Saturday, 22 September 2007

Dipingpong Adpel, Pengusaha Rugi Rp 5 M

Berita Jatim
Minggu, 23/09/2007 13:15 WIB
Reporter : HardyGresik - Tanpa alasan jelas, Kapal Motor Harapanku Mekar yang melayani jurusan Gresik-Bawean dilarang beroperasi. Tak pelak, PT Kumala Putra Nusantara selaku pemilik kapal menderita kerugian hingga Rp 5 miliar.

Menurut perwakilan dari PT Kumala Putra Nusantara, Imrom Rosyidi kapal tersebut sudah dilengkapi dengan surat-surat, baik dari pusat maupun ijin transpotasi lintas penyeberangan Gresik-Bawean, yang dikeluarkan Bupati Gresik dan berlaku hingga 2011.

"Kenapa kok masih tidak diijnkan berlayar, perbaikan dan cek physic sudah kami laksanakan di Tanjung Pring, Bangkalandan sudah mendapat acc sertifikasi," ujar Imon yang juga merupakan putra pengusaha kapal asal Bawean tersebut, Minggu (23/9/2007).

Menutut Ba'im, panggilan akrab Imron, pihaknya merasa diping-pong dalam kasus ini. "Dari pusat Jakarta dan Jawa Timur tidak ada masalah. Kenapa kok tetap tidak boleh berlayar, apalagi sekarang menjelang Lebaran," tandasnya.

Kapal Motor HM merupakan salah satu yang bisa mengangkut kendaraan roda 4 dalam jumlah banyak, karena jenis kapal tersebut adalah tipe RORO, untuk barang, kendaraan dan penumpang, masing-masing sendiri-sendiri.

"Kami sudah menyampaikan keluhan ini baik, ke Adpel atau ke Dishub namun sampai dengan saat ini belum ada jawaban yang pasti, kalau memang ada yang kurang silakan disampaikan, kami kan bisa segera melengkapi," ujarnya. [ard/gus]

Bahas Kasus KM HM, Adpel Gresik Ajak Rapat Dishub

Berita Jatim
Minggu, 23/09/2007 17:14 WIB

Reporter: Hardy
Gresik - Terkait kasus Kapal Motor Harapanku Mekar (KM HM) yang tidak diperbolehkan beroperasi, Administrasi Pelabuhan berencana akan membahasnya dengan Dinas Perhubungan.
Pasalnya, KM HM sendirinya sangat dibutuhkan warga Bawean, karena kapalnya yang besar dan mampu mengangkut mobil maupun kendaraan lainnya.

Kepala Adpel Gresik Asmari saat dihubungi beritajatim.com via ponselnya, Minggu (23/9/2007), tidak diangkat. Jawaban hanya diberikan oleh Kasi Lalu Lintas Laut Adpel, Tedy.

"Rencananya akan dirapatkan dengan Dishub hari Selasa (25/9/2007) lusa. Nati saja setelah rapat saya kabari," jawabnya singkat. Sebelumnya, KM HM ini sudah tidak beroperasi selama lima bulan karena berbagai alasan yang tidak jelas. Pemilik kapal mendesak kasus ini segera diselesaikan. Alasannya, dia sudah menderita kerugian Rp 5 miliar.

Ditempat terpisah Zakaria (35) warga bawean yang tergabung dalam Pemuda Bawean Gresik mengatakan, sangat kecewa dengan kinerja tim transportasi.

"Kalau tidak ada jawaban yang jelas, kami akan laporkan Adpel dan instansi terkait ke Komisi Pelayanan Publik Jatim," ancamnya.[ard/gus]

PT SG Serahkan Bantuan Rp 100 Juta kepada Warga Bawean

Berita Jatim
Minggu, 23/09/2007 17:42 WIB


Reporter: Hardy Slamet
Gresik-Dalam rangka safari Ramadhan di Pulau Bawean, Gresik Menteri Komunikasi dan Informasi, Muhammad Nuh DEA menyerahkan bantuan dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk, berupa 1250 zak semen kepada warga Bawean.

Bantuan tersebut digunakan untuk membangun sarana sosial, seperti tempat ibadah, pendidikan, serta kesehatan.Penyerahan bantuan tersebut dilakukan Menteri Komunikasi dan Informasi, Muhammad Nuh DEA didampingi Direktur Utama PT SG, Ir Dwi Soetjipto di Masjid Jami' Sangkapura, Bawean, Sabtu kemarin. Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati Gresik, HM Sastro Soewito, Direktur Utama PT Telkom Tbk, Arief Yahya, budayawan Emha Ainun Nadjib dan istrinya Novia Kolopaking, Ketua Apjati Jatim, HM Mansyur.

Dihubungi beritajatim.com via ponselnya, MInggu (23/9/2007) Sekertaris Perusahaan PT Semen Gresik,Saifudin Zuhri,mengatakan,total bantuan yang diberikan PT SG senilai Rp 100 juta.

"Bantuan tersebut kami harapkan bisa dimanfaatkan untuk membangun sarana dan prasarana umum seperti untuk tempat ibadah, pendidikan dan kesehatan," kata mantan Kadiv Komunikasi PT Semen Gresik ini.

Selain menyerahkan bantuan semen, PT Semen Gresik juga memberikan bantuan seperangkat komputer senilai Rp 50 juta. Bantuan ini diberikan ke sekolah-sekolah sebagai upaya membuka informasi dan komunikasi warga pulau yang berjarak 80 mil laut dari Gresik ini.

"Pada kesempatan yang sama PT Telkom, sebagai sesama BUMN juga berencana membangun jaringan telekomunikasi, khususnya untuk jaringan internet. Sehingga bantuan itu bisa mendukung upaya Depkominfo dalam mensosialisasikan internet ke wilayah kepulauan seluruh pelosok di Indonesia," ujar Saifudin.

Menurut M Nuh, warga Bawean sebentar lagi bisa menikmati saluran telekomunikasi dari seluruh operator telepon seluler. Untuk tahap awal, PT Telkom melalui Telkom Flexi diminta segera membangun based trancieved system (BTS) agar bisa menangkap signal CDMA. "Kami usahakan warga Bawean bisa mengakses telepon secara luas, termasuk dalam mengakses internet," kata M Nuh. (bj2/ard)

Thursday, 20 September 2007

Dugaan Penyunatan BLT Makin Kuat

Sindo
Daerah Jawa Timur
Jum'at, 21/09/2007

GRESIK (SINDO) – Penyunatan dana bantuan tunai langsung (BLT) yang dilakukan Kepala Desa Kumalasa,Kec Sangkapura, Pulau Bawean Mu’jizat, kian kuat.

Dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Gresik, kemarin terungkap bila pencairan dana BLT tidak melalui kantor pos. Melainkan secara kolektif dilakukan Mu’jizat selaku kepala desa. ”Jadi tidak hanya di Kumalasa saja Pak hakim. Tapi semua Kades di Sangkapura bisa mengambil BLT secara kolektif,” ujar Mu’jizat didampingi kuasa hukumnya Zulfan Hasyim.

Seperti pernah diberitakan, Mu’jizat dilaporkan ke polisi karena diduga telah melakukan penyunatan dana BLT di Desa Kumalasa. Adapun modusnya, kepala desa mengambilkan dana BLT warganya ke kantor pos. Dana yang seharusnya diterima Rp300.000, oleh kepala desa disunat. Warga penerima yang jumlahnya sekitar 98 kepala keluarga itu mengaku, hanya menerima Rp250.000.

Dalam penyidikannya, polisi sempat menemukan indikasi bila dana BLT di Kumalasa dibuat bancakan oknum kepala desa. Sebab,pencairan dana itu dilakukan langsung oleh kepala desa dan bukan melalui kantor pos yang ditunjuk. Padahal, sesuai prosedur pencairan dana BLT harus dicairkan melalui kantor pos dan harus diterima warga yang berhak.

Kalaupun diwakilkan harus dengan menggunakan surat kuasa. Dalam persidangan yang dipimpin Majelis hakim Absoro terungkap, bila saksi mengaku hanya menerima dana BLT sebesar Rp250.000 alias dipotong. Dari enam saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Hafidi,kesemuanya memberikan keterangan sama. Semua saksi mengakui jika dana BLT yang mereka terima itu tidak utuh dan terjadi banyak pemotongan.

”Dana itu saya terima langsung dari Pak Kades di rumahnya,”ujar Suhni,salah seorang saksi. Saat ditanya majelis hakim, siapa yang memotong dana itu, mereka kompak mengaku hal itu dilakukan oleh Mu’jizat dengan alasan untuk pembangunan TPQ. Para saksi mengaku,mengetahui jika dana yang mereka terima mestinya Rp300.000. Hanya saja, mereka tidak dapat berbuat banyak ketika yang mereka terima dari kepala desa hanya Rp250.000.

”Kalau itu dipakai Pak Lurah, saya nggak ikhlas. Karena saya orang tak mampu,” jawab Sadelan saksi lainnya. Lepas dari kasus yang menimpa Mu’jizat, dari pengakuan tersangka, ternyata hampir semua kepala desa di Sangkapura juga melakukan hal yang sama yang dia lakukan. Artinya, tidak menutup kemungkinan bahwa terjadi juga pemotongan dana BLT oleh kepala desa se-Kec Sangkapura. ”Saya tidak tahu.Yang pasti, saya hanya mendampingi klien saya,”ujar Zulfan. (ashadi ik)

Tuesday, 18 September 2007

Tiket Ludes, Ribuan Warga Bawean Resah

Sumber Duta Masyarakat
19 September 2007

transportasi---GRESIK—Kendati lebaran masih kurang tiga pekan lebih, tiket pelayaran Gresik-Bawean sudah habis dibeli penumpang hingga H-7 dan H+7. Tak pelak, ribuan warga Bawean di perantauan resah karena terancam gagal pulang kampung untuk lebaran tahun ini. Untuk itu, mereka mendesak Pemerintah Kabupaten Gresik menambah lagi jadwal pelayaran PP Gresik-Bawean.

Saat ini, pelayaran Gresik-Bawean PP dilayani oleh tiga kapal motor. masing-masing KM Ekspres Bahari 8B (EB), KM Samarinda Ekspres, serta KM Dharma Kartika (DK). Ketiga kapal penumpang ini melayari rute sejauh 80 mil laut bergantian seminggu dua kali. Warga berharap, selama musim mudik Lebaran, Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Gresik menambah jadwal menjadi tiga kali seminggu. Sehingga, dalam sehari ada dua keberangkatan kapal menuju Bawean dari pelabuhan Gresik.

Ainul Rofik, anggota Komisi C DPRD Gresik asal Bawean mengatakan, dirinya mengalami kesulitan mendapatkan tiket sejak Ahad (16/9). Beberapa agen penjualan tiket yang ditemui menyatakan tiket sudah habis. Padahal puasa masih memasuki hari keenam, tetapi tiket untuk Lebaran sudah ludes. “Kalau tidak mendapatkan tiket, bisa-bisa saya tidak bisa berlebaran di kampung halaman nanti,”ujarnya serius.

Menyikapi hal itu, Wakil Bupati Gresik, HM Sastro Soewito, didampingi Kepala Dishub Kabupaten Gresik, Sutarji, saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya memang sudah mendengar informasi terkait ludesnya tiket pelayaran Gresik-Bawean. Untuk itu, dia meminta Dishub segera melakukan langkah-langkah pemecahan masalah ini. “Kalau memang dimungkinkan, pelayaran Gresik-Bawean akan ditambah jadwalnya. Musim Lebaran tahun 2006 lalu memang ada penambahan jadwal. Tiap hari diberangkatkan dua kapal sekaligus ke Bawean. nanti kita akan koordinasikan dengan pihak-pihak terkait,”tandas Wabup.

Sementara itu, Kepala Administratur Pelabuhan (Adpel) Gresik, Asmari mengaku belum dihubungi Dishub Gresik untuk membahas penambahan jadwal pelayaran Gresik-Bawean. Namun pihaknya tidak keberatan jika memang ada penambahan jadwal pelayaran. “Asalkan pemilik kapal tetap memperhatikan aspek-aspek keamanan dan keselamatan pelayaran kapal maupun penumpang, tidak masalah jika jadwalnya ditambah. Namun yang berwenang menambah jadwal bukan kami, tetapi Pemkab Gresik melalui Dishub,”tegas Asmari. (dik)

Sunday, 16 September 2007

Diduga Curian Puluhan Motor Bodong Masuk Pulau Bawean

Berita Jatim
Senin, 17/09/2007 10:20 WIB
Reporter : Supardi
Gresik - Puluhan motor dan mobil roda empat bodong (tanpa dilengkapi surat) dan diduga hasil curian selama sepekan ini masuk ke Pulau Bawean Gresik.

Namun polisi lebih sigap hingga mengamankan sejumlah barang bukti dengan menggelar operasi multisasaran di wilayah Polsek Tambak Bawean. Hasilnya 31 unit motor dan satu buah mobil dijaring.

"Pengendara tak bisa menunjukkan bukti surat yang sah sehingga kami sita," terang Kapolsek Tambak Iptu Mulyono kepada beritajatim.com, Senin (17/9/2007).

Menurutnya dengan banyaknya ranmor diwilayah Gresik, kami tidak henti-hentinya melakukan operasi multisasaran tujuanya adalah meminimal mungkin angka kriminalitas curanmor khusunya di pulau Bawean. "Saya kuatir terjadi kembali seperti kasus tahun 2002/2003, ribuan motor dan mobil bodong ditemukan di pulau tersebut, untuk mengantisipasi hal tersebut, kami giatkan operasi multisasaran, tujuanya adalah tindakan preventif " tukas Mulyono.

Lebih lanjut, mantan anggota Satlantas Polres Gresik tersebut menambahkan, kami himbau kepada pemilik kendaraan yang terkena operasi Multisasaran diwilayah Polsek Tambak, Bawean agar segera mengambil kendaraanya.

Apabila sampai dengan seminggu sejak tanggal 17 sampai dengan tangal 23 tahun 2007, saya anggap kendaran tersebut tidak dilengkapi surat-surat yang syah alias bodong dan aka kami serahkan ke Polres Gresik. [har/ted]

Teks foto : Kapolsek Tambak Iptu Mulyono menunjukan motor yang diduga bodong

Tuesday, 4 September 2007

Haram Nahdliyin Mengikuti Kegiatan Hizbut Tahrir

Duta Masyarakat
05 September 2007

Rekomendasi Konfercab NU Pulau Bawean
GRESIK– Dari pulau nun jauh di sana, tepatnya di pulau Bawean Kabupaten Gresik Pimpinan Cabang (PC) NU menggelar konferensi cabang (konfercab) NU Bawean ke-23, pekan lalu. Keberadaan NU di Pulau Bawean adalah satu-satunya di Indonesia yang memiliki status khusus yaitu Pimpinan Cabang selevel dengan status NU di Kabupaten lainnya, termasuk di Kabupaten Gresik. Pulau Bawean sendiri terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Tambak dan Sangkapura.

Ada yang menarik dari Konfercab NU Bawean ini, yang merekomendasikan kepada warga NU, di antaranya dilarang bergabung atau mengikuti kegiatan organisasi jama’ah Hizbut Tahrir, karena kelompok Hizbut Tahrir dinilai bertentangan dengan ajaran Ahlussunah waljamaah (Aswaja, red) yang diajarkan NU.

Keberadaan NU di Pulau Bawean terlama di Kabupaten Gresik itu menggelar konfercab di LPI Miftahul Huda Desa Kepuh Teluk Kecamatan Tambak. Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Gresik, KH. Robbach Ma’sum, Wabup Gresik, H. Sastro Soewito, Sekda Gresik, Husnul Khuluq. Sedangkan perwakilan dari PWNU Jatim tampak KH. Safrudin,SH, KH. Abdul Matin, SH. KH. Jumali tokoh ahli sejarah dan budaya Islam DR. KH Diyaudin Koeswandi.

Dalam sambutannya Robbach Ma’sum mengatakan, kepengurusan NU Cabang Bawean kedepan agar dapat bersinergi dengan pemerintah dalam menyusun program.

“NU sendiri terbentuk dengan salah satu tujuanya yaitu pengembangan dan pemberdayaan warga, ini juga merupakan kewajiban pemerintah untuk mewujudkannya,” ujar Robbach.

Dikatakan Robbach masyarakat Bawean 90 persen adalah warga nahdliyin sehingga keberhasilan pemerintah akan dirasakan oleh warga nahdliyin. Sebaliknya bila pemerintah gagal menjalankan program pembangunan maka kesengsaraan akan dirasakan oleh mayoritas nahdliyin (warga NU, red).

“Kepengurusan NU kedepan harus bisa mensinergikan programnya dengan pemerintahan daerah. Kami siap bekerja sama dengan NU dan terbuka untuk dikritik dengan cara budaya NU yaitu cara yang baik untuk bersama memberikan solusi,” imbuhnya.

Konfercab NU tersebut berhasil memilih Ketua Tanfidziyah PCNU Bawean Ir H Syariful Mizan yang menggantikan pengurus lama Mohamad fauzi Ra’uf, S. Ag di bawah kendali Rais KH. Abdul Aziz Ismail. “Beliau terpilih langsung secara aklamasi karena kredibilitas dan loyalitas beliau tak mungkin di ragukan lagi. Apalagi berduet dengan Ir. H, Syariful Mizan,”kata Ketua LP Ma’arif PCNU Bawean, Drs. Abdul Halim.

Halim menambahkan, pengurus NU Bawean memang harus bersinergi dengan program pemerintah. Sehingga kebijakan ini tidak boleh ditawar lagi selain melihat kesamaan fungsi dari NU secara Jamiyah dan pemerintah dengan tidak mengetepikan sifat dan sikap kritis yang dimiliki NU. Sering terjadinya miskomunikasi antara tokoh-tokoh di pulau Bawean dengan pemerintah kabupaten, lanjut Halim yang terjadi selama ini hanya saling su’udzhon (prasangka, red). Untuk itu kedepan agar yang terjadi selama ini segera diakhiri. “Jangan hanya mencari perbedaan. Namun terpenting antara pemerintah daerah dan PCNU Bawean harus mencari kesamaan dalam tugas dan kewajibannya,” tandasnya.

Menariknya Konfercab juga merekomendasikan kepada warga NU, di antaranya dilarang bergabung atau mengikuti kegiatan organisasi jama’ah Hizbut Tahrir, karena kelompok Hizbut Tahrir dinilai bertentangan dengan ajaran Ahlussunah waljamaah (Aswaja, red) yang diajarkan NU.

Selain itu konfercab juga mendesak pemerintah daerah segera mengentas masalah kemiskinan yang ada di pulau Bawean, memprioritaskan anggaran pendidikan di Bawean, terutama lembaga pendidikan dibawah LP Ma’arif yang selama ini dianaktirikan oleh pemerintah, dan pemberdayakan ekonomi serta membangun infrastruktur kesehatan masyarakat Bawean. (dik)